pere lachaise |
pintu masuk Du Pere Lachaise |
Dalam liburan kali
ini ke Paris, saya ingin pergi ke tempat lain yang belum pernah saya kunjungi.
Kemana? Ke sebuah pemakaman umum yang bernama, Du Pere Lachaise. Letak
tempat ini di sebelah timur distrik 20, makam ini tercatat sebagai salah satu
makam paling kondang, karena di dalamnya bersemayam jasad orang-orang terkenal
sedunia.
Strategi Jitu yang
Membuatnya Kondang
Area Du Pere
Lachaise luasnya sekitar 43 hektar dan ini merupakan tempat pemakaman
terluas di Paris. Memasuki pintu gerbangnya langsung disergap suasana yang
sunyi senyap. Banyak bangunan-bangunan nisan dan monumen-monumennya mencerminkan
gaya arsitektur abad ke 18. Jalan-jalan
di dalamnya banyak merupakan tangga-tangga tinggi yang terbuat dari batu.
Antara satu makam dengan makam yang lain terlihat saling berdempetan saking padatnya.
Padahal konon sejarahnya dulu makam ini
kurang mendapat sambutan warga Prancis, karena letaknya jauh dari pusat
kota. Pengelolanya mesti menerapkan
strategi memboyong jenazah orang terkenal agar diikuti warga Paris lainnya.
Mulanya adalah Jean
de la Fontaine [sastrawan Prancis] dan Jean-Baptiste Poquelin atau
lebih dikenal sebagai Molière
[dramawan Prancis] yang dimakamkan di sana pada tahun 1804. Cara jitu inilah yang membuat Cemetery du
Pere Lachaise jadi menarik calon konsumen.Dari situ akhirnya, banyak
orang-orang terkenal yang bercita-cita ingin dimakamkan di sana bersama dua
warga Prancis yang punya nama besar tadi.
Dengan sendirinya, lahan makam pun ikut ‘membengkak' karena banyaknya
peminat. Tercatat sudah enam kali dalam
seabad makam ini diperluas.
Makam Jim Morrison
yang Menyempil
Ketika kaki saya
memasuki area ini, tempat pertama yang ingin saya ziarahi adalah makamnya Jim
Morrison, vokalisnya The Doors. Dengan bantuan peta dan setelah
jalan kaki cukup jauh dengan menaiki tangga-tangga yang terbuat dari batu dan
berbelok-belok di jalan-jalan yang cukup sempit, akhirnya sampai juga di makam
vokalis The Doors itu. Ternyata
makamnya menyempil di dalam. Di batu nisannya tertulis nama panjangnya, James
Douglas Morrison, 1943 - 1971. Saya tidak menyangka sampai hari itu,
makamnya masih dibanjiri oleh para fans beratnya juga turis tentunya. Makamnya
kecil dan tidak istimewa. Bahkan
tempatnya bukan hanya agak nyempil, tapi juga berdesak-desakan dengan makam yang lain. Di
atas pusaranya diletakkan fotonya juga puisi yang ditulis di atas kertas dan
digulung dengan pita hitam, serta lilin yang saat itu masih menyala, juga buket
bunga segar yang diletakkan oleh para fansnya yang masih memujanya sampai
hari ini
makam Jim Morrison |
Pusara Frederic
Chopin Indah dan Klasik
letaknya memang tidak
terlalu jauh dari makamnya Jim Morrison. Monumen makam Chopin
berupa patung dirinya yang dipahat indah terbuat dari marmer. Banyak orang yang
berziarah di pusaranya, sampai saya susah untuk mengambil gambar. Di bawah
monumennya banyak diletakkan rangkaian bunga-bunga segar juga lilin-lilin yang
menyala. Makamnya memang bagus bernafas klasik seperti musik yang dimainkannya.
Saya tak menyangka... akhirnya bisa juga
memegang batu nisan komposer kelas dunia yang lagu-lagunya begitu indah dan
abadi hingga kini.
makamnya Chopin |
Nisan-nisan yang
Unik
Di tengah-tengah area
pemakaman ini kita bisa menemukan beberapa taman dan bangku untuk duduk-duduk.
Nisan di sini banyak berupa monumen berbentuk patung-patung yang mungkin menggambarkan keadaan mereka sewaktu mereka
masih hidup dulu. Selain itu ada juga
yang bentuknya bangunan kecil seperti rumah. Monumen-monumennya begitu sangat
unik. Semuanya merupakan bentuk peringatan atau ingatan kepada orang-orang yang
dicintai yang telah meninggal dunia.
Umumnya satu makam dibuat untuk beberapa anggota keluarga. Seperti
makamnya Edith Piaf, penyanyi Prancis yang sangat kondang dengan lagunya
La vie en rose. Di pusaranya
tertulis 3 nama yaitu ; Louis Alphonse Gassion, Madame Lamboukas dite Edith
Piaf , dan Theoponis Lamboukas. Makam Edith Piaf terbilang sederhana.
Pusaranya juga banyak didatangi para turis dan juga para penggemarnya.
Tempat pemakaman ini,
selain menjadi tujuan wisata, juga menjadi oase bagi mereka yang ingin
mencari ketenangan di tengah bisingnya kota,
selain itu ada pula yang datang untuk meditasi di makam-makam orang
terkenal. Misalnya banyak pengunjung yang datang setiap hari untuk menyentuh patung perunggu Allan-Kardec,
filsuf spiritualis besar, agar keinginan mereka dipenuhi .
makam Edith Piaff, penyanyi kondang Prancis |
Pemandangan yang
Menyentuh
Dan di antara
perjalanan di Pere Lachaise ini saya melihat beberapa adegan yang begitu menyentuh. Ada seorang nenek tua
datang lalu mengambil air di botol ukuran besar (di sana tersedia kran-kran
air). Lalu nenek tua itu membersihkan makam suaminya dengan menggosoknya dengan
sikat lalu mengguyur dengan air. Setelah itu, dia mulai menyirami pot-pot bunga
yang diletakkan di atas nisan. Kelihatan sekali
ia sangat mencintai suaminya. Tak
jauh dari situ saya juga melihat perempuan muda duduk dengan wajahnya yang
masih berduka duduk memandangi nisan ntah siapa, mungkin orang tuanya, adik
atau kakaknya, atau mungkin juga kekasihnya. Yang tidak pernah saya lupa adalah
ketika saya bertemu dengan seorang wanita yang mungkin usianya sekitar 50 tahun-an.
Dia sedang membersihkan makam yang di atas nisannya terpampang foto
wajah seorang pria ganteng. Ketika ditanya, ternyata itu adalah makam suaminya.
Suaminya meninggal saat mereka belum lama menikah. Baru sekitar 2 tahun
pernikahan, tiba-tiba suaminya meninggal tersengat lebah. Dan sampai saat ini
perempuan itu masih setia menziarahi dan mebersihkan makam orang yang
dicintainya dengan sepenuh hati.
Pesohor-pesohor yang Dimakamkan Di sini
Menjelajahi Du
Pere Lachaise memang tidak bisa sebentar, paling tidak membutuhkan waktu dua jam untuk
mengitarinya.Tempat ini untuk sebagian
orang katanya juga merupakan splendid park. Tetapi kebanyakan turis
datang ke tempat ini untuk melihat makam-makam orang terkenal seperti penyanyi opera Maria Callas, aktris Sarah
Bernhardt, Vincenzo Bellini, Luigi
Cherubini, Georges Enesco, penulis Oscar
Wilde , Auguste Comte (Bapak Positivisme), Eugene Delacroix,
Michel Drach (Film Director), Alfred de Musset, Marcel Proust,
Michel Petrucciani, Honore de Balzac, Marcel Marceau, Victor Noir dan masih
banyak lagi.
Saat saya menjelajahi
tempat ini banyak sekali renungan yang hinggap di benak saya. Hidup itu begitu
fana. Mereka yang dimakamkan di sini dulunya adalah seorang komposer, penyanyi,
bintang film, jenderal, gubernur, penulis, pejabat, bangsawan, raja, pelukis, pematung, filsuf,
astronom dan masih banyak lagi yang semuanya dulu adalah orang-orang hebat,
tapi kini mereka tinggal nisan yang dingin, diam, dan sepi. Tak ada yang pernah
tau kemana dan di mana mereka sekarang?
Mereka tak lagi bicara. Mereka hanya kenangan yang makin hari makin
samar. Lalu hilang ditelan waktu. Du Pere Lachaise adalah tugu
peringatan bagi setiap manusia bahwa kehidupan itu fana adanya: dari tiada -
ada lalu kembali tiada.