Setelah dari Du Pere Lachaise, kita jalan lagi ke Mont Matre. Hari itu matahari bersinar sangat teriknya. Perjalanan ke Mont Matre pun sangat jauh. Jika kita berjalan menuju ke daerah Mont Matre ini kita akan banyak melihat pendatang/imigran terutama orang-orang dari Aljazair selain orang Afrika tentunya. Tempatnya agak kumuh dan rame. Sepanjang jalan berjejer toko-toko yang menjual barang-barang murahan. Untuk menuju gereja Mont Matre jalannya menanjak tinggi sekali. huhahuhah....Capek deh! Setelah menaiki tangga yang lumayan tinggi di tengah matahari yang memancar dengan dahsyatnya akhirnya sampai juga ke atas lalu kita pun masuk ke dalam gereja. Gereja di Mont Matre ini memang sangat terkenal sekali, karena itu tempat ini menjadi salah satu tujuan wisata orang-orang yang berkunjung ke Paris. Waktu berkeliling di dalam gereja sebenernya aku kurang menghayati. Karena asik dengan lamunan yang entah terbang ke mana....
Setelah puas keliling di dalam, kita pun keluar dari gereja...tiba-tiba ah mataku tertumbuk pada sepasang suami istri yang udah tua sedang mengamen. Sang istri main akordeon, sementara sang suami main biola. Mereka kompak main di tangga rumah. Ntah mengapa aku jadi sangat terharu. Lalu tanpa sadar aku menangis. Aku samperin mereka, lalu kusorongkan euro di kotak biola yang ada di depan mereka, lalu si suami mengucapkan, "Merci!" Lagi-lagi air mataku turun. Aku kembali teringat orang tuaku. Gila bener. Dan ntah mengapa ketika aku maju selangkah dari mereka, aku melihat mobil roll royce parkir dan tanpa sengaja kubaca platnya, masyaalah ...bertuliskan Indiana! Ajaib atau kebetulan? Gak ada yang kebetulan. Lalu apa makna dari pemandangan ini??
sepasang suami istri yang menggugah |
indiana |
Hari itu suasana di Mont Matre ramai sekali. Gila-gilaan. Mana udara puanas banget. Kebetulan juga lagi ada parade mobil antik dan mahal. Aku terkagum-kagum memandangi berderet mobil-mobil antik nan mewah. Di tempat ini juga banyak kita temui seniman-seniman dengan atraksinya yang unik. Salah satunya ada seorang wanita yang seluruh tubuhnya dicat dengan cat warna tembaga. Ia duduk di kursi dengan teko di pangkuannya lalu diletakkan penandah air (seperti baskom) di bawah dekat kakinya. Ia isi tekonya dengan air lalu teko dimiringkan ke bawah dimana mangkok penampung sudah siap menadah. Kemudian matanya ia pejamkan, posisi badannya diam tak bergerak sepertinya ia tengah melakukan meditasi dan tampaklah air menetes dari tekonya setetes demi setetes jatuh tepat di wadah di dekat kakinya. Wah....menarik sekali. Sebuah kebolehan yang ciamik. Hebatnya lagi ia tahan dijemur ditengah panas yang terik.
Ke Mont Matre gak komplet kalo tidak melihat pasar seninya. Di tempat ini berkumpul para pelukis handal. Harga-harga lukisan di situ lumayan mahal (apalagi untuk kocekku) dan yang paling banyak diburu orang di sini adalah membuat lukisan potret diri. Banyak pelukis yang menawarkan jasa untuk melukis potret diri. Harga yang mereka tawarkan sangat bervariasi sesuai dengan aliran atau gaya lukis mereka. Ada yang menawarkan harga 20 euro dan dilukis hanya 10 menit. Ada yang 40 euro. Tinggal kita memilih. Temanku Ida gak mau menyia-nyiakan untuk dilukis oleh mereka. Ida pun memilih salah satu pelukis wanita keturunan cina. Dalam waktu kurang lebih 20 menit, ia selesai dilukis. Pas lukisan itu jadi, Ida merasa tidak mirip dengan dirinya. Tapi kita yang melihat (sebagai orang luar dan lebih obyektif) melihat lukisan itu benar-benar mirip dirinya. Sepertinya si pelukis bukan hanya melukis wajah secara fisik, tapi dia bisa menangkap sesuatu yang tersirat di dalam pikiran/hati obyek yang dilukisnya. Aku melihatnya seperti itu. Huhuhu...
Kita tinggalkan Mont Matre lalu kita jalan lagi cukup jauh...menuju sungai Seine. Karena si Nani mau mencoba naik boat menyusuri sungai Seine. Kali ini aku memilih menunggu saja di taman bersama Ida. Sementara Chiel jalan-jalan sendiri. Jadi yang naik boat keliling sungai Seine, Indah dan Nani. Harga tiket per-orang 10 euro. Mereka berkeliling Paris sambil melihat obyek-obyek wisata dari atas sungai. Boatnya lumayan besar dan bertingkat. Kebanyakan orang memilih duduk di atas karena bisa leluasa melihat pemandangan di sekitarnya. Sementara menunggu mereka melayari sungai Seine, aku duduk di taman sambil mengamati orang-orang yang lewat. Mengamati lalu lintas yang lumayan ramai. Sepasang kekasih yang sedang bercumbu di bawah jejeran pohon. Saat itu aku merasa Paris tidak seindah dulu. Atau mungkin Paris di musim panas memang beda dengan di musim dingin? Ah gak tau ah. Setelah menunggu satu setengah jam dan mereka turun dari kapal, akhirnya kita jalan lagi. Sampailah kita di plaza yang ditengahnya ada patung Charles de Gaulle. Aku lupa nama tempat ini. Dari situ kita pulang ke hotel.