Sabtu, 17 Maret 2012

Ke Gemeente



Hari ini akhirnya aku bangun siang, habis bangun tidur langsung mandi. Terus makan roti dan minum teh.  Nanti rencananya mau diajak Indah  ke Gemeente.  Tapi baru agak sore aku dan Indah pergi ke Gemeente.  Sore itu hujan gerimis.  Kali ini aku diajak melewati jalan yang berbeda. Jalan yang menurun dan tanjakan yang tajam. Sampai di Gemeente ternyata penuh orang. Salah strategi dikira Indah kalau  sore hari,  orang sudah  mulai berkurang.  Hari Kamis Gemeente  memang buka sampai larut.  Di Gemeente, seperti kalo kita datang ke bank, kita harus mengambil nomor urut. Saat itu Indah mendapat nomor urut B 144.  Setelah menunggu agak lama akhirnya selesai juga urusannya. Di Gemeente ini orang mengurus segala keperluan administrasi seperti paspor, kartu identitas, dan surat-surat lainnya. Kali ini Indah mengurus surat undangan  untuk keperluan visa kakak dan keponakannya. Dari Gemeente kita melanjutkan perjalanan ke centrum untuk belanja buah. Tadinya mau ke toko Turki, tapi sore itu toko tsb sudah tutup akhirnya kita belanja di toko Aldi, yang konon banyak menjual produk  Jerman. Di toko ini harganya lebih miring dibanding Albert Heijn, sayangnya toko ini gak lengkap. Dari toko itu aku pulang ke rumah. Jalan menuju rumah menyenangkan karena turunan. Ah setelah sebulan di sini baru terbiasa genjot sepeda. Asik juga.

Rabu, 14 Maret 2012

Belajar dari Lingkungan

Kemaren Indah masak ca brokoli dan tahu, buncis dan wortel direbus, juga kentang, tapi nasi tetap ada.Cuaca makin hari makin hangat.  Matahari mulai sering bersinar. Sore hari masih terang benderang, seperti jam dua belas waktu di Indo.  Kita duduk-duduk di kursi meja kebun yang menghadap ke hutan sambil minum kopi ditemani marble cake dan pisang goreng.  Wah nikmatnya.  Burung-burung berkicau berlompatan di dahan pohon.  Daun-daun hijau cerah. unga-bunga bermekaran.  Sungguh pemandangan yang indah.  Hawa pun segar dan bersih.  Sudah lama aku tak merasakan keindahan seperti ini. Terima kasih, Tuhan pencipta alam semesta.



Selama aku tinggal di sini, aku banyak belajar.  Mulai dari hal-hal yang praktis seperti kebersihan (di sini walau setiap rumah tidak ada pembantu, tapi rumah selalu dalam keadaan bersih dan rapi). Dua hari sekali kamar mandi dibersihkan bahkan lantai kamar mandi bisa dilap pakai tissue, saking kering dan bersihnya.   Wastafel sampai krannya pun mengkilap. Tapi yang belum biasa bagiku, handuk yang baru dipakai langsung dipakai untuk keset. Dari Indah juga aku belajar menghargai hak hidup tanaman. Di teras kebunnya yang ditata dengan batu bata....pada musim semi seperti ini di sela-sela batu tersebut sering ditumbuhi tanaman kecil. Kalau orang tidak "ngeh" itu dianggap tanaman liar yang gak ada guna. Kalau di Indo aku menemukan itu pasti aku sudah cabut lalu aku buang. Tapi Indah lain. Ia mencabuti dengan hati-hati tanaman-tanaman itu lalu ia pindahkan ke lahan yang lain. Dia sangat telaten mencabut lalu menanam kembali tanaman liar yang tumbuh di sela-sela batu itu. Selain itu...bila ada tanaman yang sudah lebat dan harus digunting, ia tak pernah membuang guntingannya. Ia selalu menanam kembali batang yang telah digunting itu ke tempat lain. "Gak tega membuang tanaman. Kan tanaman juga punya hak hidup," katanya.





Keong  yang  Marah
Ada pengalaman lucu, dia pernah membeli aneka tanaman bunga. Lalu dengan semangat dia tanam di kebunnya. Berharap suatu hari nanti bunga-bunga di kebunnya akan cantik bermekaran dan pasti kebunnya akan terlihat semarak. Tapi apa yang terjadi?  Keesokan harinya, ia melihat tanaman yang kemarin baru ditanam itu habis dimakan keong. Dia kesal sekali.  Kemudian dia ambil ember berisi air panas, lalu keong-keong itu dia masukan ke dalam ember air panas. Eh malamnya, dia mengalami mimpi buruk.  Keong-keong itu mendatanginya. Sejak saat itu, dia membiarkan keong yang memakan tanamannya atau paling tidak keong perusak itu diambil lalu dipindahkan ke hutan. Indah adalah orang yang peka sehingga ia bisa merasakan sakitnya tanaman atau hewan yang teraniaya.


Duduk-duduk membaca buku di bangku piknik di halaman belakang sambil mendengarkan musik  dari laptop dan sesekali  me mandangi kupu-kupu yang hinggap dari satu bunga ke bunga yang lain,  sungguh sangat nyaman. Benar-benar relaks.Tadi pagi ntah mengapa, saat aku bangun kok kepala sedikit muter? hehe... ada apa ini?  Aha...mungkin kemaren nyaris seharian mendengarkan iphod. Kenapa ya, setiap mendengar terlalu lama musik yang langsung ke kuping keseimbanganku terganggu. Lumayan. Kadang kala sindrom itu masih suka keluar. Tiba-tiba merasa gloomy. Sedikit depresi. Tapi untungnya sedang berada di negeri yang baru sehingga aku menemukan suasana baru. Pikiranku pun terselimur. Orang yang tidak tahu sindrom ini akan mengatakan aku mengada-ada. Mereka tidak pernah merasakan sih.  Walau udah pergi jauh dengan suasana baru sindrom itu masih suka mengikuti. Huh udah dong berhenti. Aku mau bekerja dan meneruskan hidup. Berbuat banyak buat orang lain

Bunga musim semi


Enam puluh lima sampai tujuh puluh persen rumah tangga memiliki kebun (kecil) sendiri. Pada  umumnya kebun-kebun di negeri Belanda kelihatan sangat terawat. Kebun-kebun tersebut memberi kesan cantik kepada lingkungan. Bila cuaca panas orang Belanda senang duduk di kebunnya dengan bir dan minuman segar yang tersedia, tetap biasanya mereka duduk di kebun belakang di mana mereka lebih banyak punya privacy.Kebun-kebun tersebut biasanya dipisahkan satu sama lain oleh pagar atau pagar tanaman, sehingga pemilik-pemiliknya tetap bisa merasa bebas, tetap kadang juga bisa saling berkomunikasi dengan tetangga, ngobrol-ngobrol seberang menyeberang pagar tanaman.Orang banyak membeli bunga untuk diletakkan di etalase jendela rumahnya atau ditanam di kebun.  Untuk mereka yang tinggal di flat maka  balkonnya banyak diletakkan pot-pot bunga aneka warna.  Setiap memasuki musim semi dan summer bunga-bunga itu semua berkembang cantik jelita menambah semarak rumah setelah sekian bulan kelabu dan beku.  Konon orang Belanda mengeluarkan uang untuk peralatan rumah tangga dan perabotan dua kali lipat dibandingkan dengan orang-orang Amerika atau Inggris. Untuk ini mereka memang punya peribahasa My home is my castle.


Katakan dengan Bunga.

Matahari memasuki musim panas selalu jadi bagian yang dinanti. Semua orang di sini banyak yang keluar dari rumah.  Ada yang sekedar berjemur di teras rumah, jalan kaki, naik sepeda, berkano di sungai, semua orang kelihatan sangat ceria dan penuh tawa. Di teras-teras rumah kursi dengan bantalan semua  dikeluarkan. Juga kursi untuk leyeh-leyeh. Orang-orang tua berjalan dengan scoot mobil-nya, pergi ke supermarket atau sekedar merasakan udara yang hangat setelah 6 bulan mendekam di dalam rumah karena musim dingin.Di Belanda sini rata-rata orangnya suka sekali dengan bunga.  Jadi banyak sekali di sini kita temui toko atau seperti supermarket yang menjual aneka tanaman bunga, sayuran, dan pernik untuk berkebun lainnya seperti alat-alat berkebun, perangkat kursi dan meja rotan untuk eksterior pokoknya semua lengkap. Salah satu yang kuingat namanya Intratuin. Kalo kita memasuki satu gemeente alias kabupaten kita bisa menemukan dua sampai tiga supermarket tanaman ini.Menurut Kees Snoek dalam bukunya Nederland Leren Kennen, orang Belanda banyak menghabiskan waktu senggangnya di rumah. Orang Belanda bukanlah orang yang suka kehidupan di luar rumah, tetapi lebih menyenangi kehidupan rumah yang nyaman. Kenyamanan suasana rumah menurut mereka haruslah dilengkapi dengan adanya tanaman dan bunga-bungaan. Untuk kelengkapan ini dikeluarkan banyak uang. "Bawalah bunga lebih sering," begitu kata sebuah iklan terkenal.