Jumat, 04 November 2011
Jalan-jalan ke Hoorn
Hari ini hujan lagi. Waduh bener deh kata orang, bahwa di Belanda hanya ada 3 hal tentang cuaca, yaitu angin, hujan, dan dingin. Gak apa lah hujan, toh masih ada matahari, jadi masih terang juga. Matahari itu benar-benar membuat kita jadi lebih bersemangat, gak merasa gloomy. Walau sebenarnya sih kata orang bijak, if you have a sunny heart, a cloudy day doesn't matter. Nanti siang rencananya kita mau jalan-jalan ke Hoorn. Lebih kurang satu jam dari Hilversum Berangkat dari rumah sekitar jam 2 siang. Sebelumnya Indah harus nyoblos pemilu dulu di Hilversum. Wah pengalaman baru nih liat nyoblos pemilu di negeri orang. Tempat pencoblosan di flat untuk orang-orang jompo. Flatnya bagus, bersih, super duper manusiawi. Bahkan nyaris seperti hotel bintang lima. Halamannya luas. Ada restorannya, teras dengan halaman rumput penuh bunga. Di taman itulah para manula bisa saling ngobrol, berjemur sinar matahari, atau sekedar membaca buku. Kamar-kamar mereka pun seperti layaknya di hotel dengan jendela dan balkon. Sekali lagi beginilah enaknya tinggal di negara makmur. Masa tua terjamin tanpa harus merepotkan anak cucu. Eh kembali ke pemilu. Overall tata caranya sama dengan di Indo. Ngambil form di meja panitia, lalu diisi, setelah itu masuk ke kotak pencoblosan. Selesai Indah nyoblos Pemilu, kita melaju ke rumah Dewi.
Perjalanan menuju Hoorn sedikit macet dan hari itu diguyur hujan yang lebat. Jalan tol berkabut saking hujan turun dengan derasnya. Anehnya aspal jalan tol tidak terlihat basah. Jadi tetap kering. Beda banget ama jalan di Indo yang kalau hujan sudah pasti licin. Bukan cuma itu penuh lubang lagi. Setelah sekitar satu jamlebih sedikit menembus derasnya hujan, kita sampai di Hoorn. Sebelum sampai di rumah Narti di Hoorn kita mampir dulu untuk membeli buah tangan. Sudah menjadi kebiasaan orang-orang di sini jika akan berkunjung ke rumah orang, membawa buah tangan.Buah tangan biasanya berupa bunga, kue, atau sesuatu yang seringkali disukai oleh orang yang mau kita kunjungi. Kita mampir ke supermarket, di sini kita membeli bunga lily warna putih dan cake.
Sampai di rumah Narti kita disuguhi lumpia, marmer cake (ini kesukaanku), lalu dia membuat sop buntut, makreel balado, ayam goreng, dan tumis sayuran. Waduh lezaat sekali. Narti memang jago masak. Spesialisnya bikin pepes ikan dan segala masakan yang terbuat dari ikan. Wuih rasanya mantap. Makan di rumah Narti persis seperti makan di resto Sunda. Lagi ngobrol ngalor ngidul, datanglah Ida dan temannya dari Indonesia namanya Nani. Akhirnya kita menyantap makanan yang sudah melototi kita dari tadi di meja. Sup buntutnya lezat, apalagi balado makreel. Setelah kenyang lalu kita diajak jalan-jalan sama Gerard (suaminya Narti) dan Narti, melihat-lihat centrum dan pelabuhan Hoorn. Kata Gerard, Hoorn ini (seperti kota di Belanda lainnya) dulu adalah laut yang dikeringkan lalu dijadikan kota. Jika kita ke kota ini kita akan melihat bendungan yang mengelilingi kita dan kelihatan kita berada di bawah laut. Kota Hoorn cukup menarik karena di sini dulu pusatnya VOC. Bahkan di centrum kota ini terdapat patung pendiri VOC Jan Pieter Zoen Coen. Di sini juga terdapat gedung bekas kantor VOC. Menarik sekali kota dengan pelabuhan kecil tapi pernah punya arti penting di jaman baheula. Di pelabuhan ini juga banyak sekali cafe dan resto dengan teras untuk minum kopi/teh. Tapi sayang karena hari itu hujan maka cafe pada sepi. Orang-orang jarang yang riwa-riwi di jalan. Sunyi. Kata Narti dulu waktu dia pertama kali menjejakan kaki di kota ini, bayangin dalam setahun cuma 2 hari, cuaca bagus dalam arti terang dan hangat. Selebihnya dingin, kelabu, dan hujan. Dia hampir gak betah. Tapi syukurlah katanya sekarang ini, dalam setahun dia merasa 2 bulan cuaca bagus. Apalagi katanya, sekarang orang-orang juga mulai banyak. Gak kayak dulu orangnya masih sedikit. Bangunan juga udah banyak yang direnovasi. Jadi lebih semarak. Dia gak kebayang gimana jaman dulu paling tidak tahun 70-an deh. Huh betapa sepi dan gak enaknya tinggal di Belanda. Oh iya Narti datang ke Belanda sekitar tahun 80-an. Jadi sekarang sudah 30 tahunan.
Saat kita diajak jalan-jalan ke centrum dan haven, langit mendung kelabu disertai hujan. Walau cuaca agak dingin kita terus menerobos hujan dengan basah-basah mencoba berfotoria di depan patung JP Coen, kantor VOC lalu di teras cafe depan pelabuhan dan daerah sekitarnya. Pelabuhan saat itu begitu tampak romantis dengan kapal-kapal layar yang sedang merapat. Pelabuhannya bersih. Di sekitarnya berderet cafe dan toko-toko. Dari sana lalu kita diajak jalan-jalan melihat daerah peternakan. Rumah-rumahnya lucu dan romantis sekali khas daerah boeren yang elok. Halamannya luas ditanami bunga-bunga nan cantik jelita. Jendela rumahnya pun indah dengan gordijn berenda. Rasanya nyaman dan damai tinggal di daerah seperti ini. Jalanannya pun sepi dan bersih. Waduh...seperti di film-film deh. Pedesaan di Belanda selalu saja mempesona. Tata kota di negara ini benar-benar teratur dan indah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar