Selasa, 17 April 2012

Ke Paris dan Brussel



Mampir di Brussel

Setelah sehari sebelumnya mempersiapkan barang bawaan, akhirnya pada hari jumat pagi kita berlima:  Indah, Chiel, Nani, Ida, dan aku meluncur ke Paris.  Rencananya sebelum ke Paris kita akan mampir dulu ke Brussel.  Perjalanan dari Belanda menuju Belgia sungguh indah.  Hari itu cuaca sangat panas. Temperatur di luar sekitar 36 derajat.  Setelah memakan waktu sekitar 4 jam, kita pun sampai di Brussel.  Mobil di parkir di depan Palais. Tepatnya dekat taman dekat istana.  Dari situ aku harus jalan cukup jauh menuju museum Margritte yang terletak di koningsplein 1.   Masuk  ke museum kita harus bayar 8 euro. Penjagaan di dalamnya sangat ketat. Tas yang aku bawa ternyata cukup besar dan tidak boleh dibawa masuk.  Museum terdiri dari 5 lantai.  Kita naik ke lantai atas harus dengan lift.  Masuk ke dalam museum kita menemukan bukan hanya lukisan tapi juga ada video tentang Magritte, juga print yang dimuat di majalah atau koran.  Di dalam sini kita sama sekali tidak boleh memotret.  Penjagaan luar biasa ketat, si penjaga bolak-balik mengamati pengunjung yang barangkali nekat motretin lukisan.  Melihat lukisan Margritte ini kesanku begitu misterius.  Dan sudah tentu gak bisa langsung dicerna.  Jadi harus lama memandanginya.  Melihat lukisan Magritte yang beraliran surealisme cukup menyegarkan dan membuat wawasan bertambah.  



Sedikit Tentang Magritte




Rene Margritte lahir pada tanggal 21 Nov 1898.  Dia merupakan sulung dari 3 bersaudara. Waktu ia masih muda ia sering berpindah-pindah, karena masalah keuangan ayahnya yang kurang bagus. Ibunya bunuh diri pada tahun 1912.  Mulai dari umur 12,  ia ikut les melukis pada gurunya di sekolah. Dia menyukai film de Fantomas. Ia juga suka membaca buku-bukunya Edgar allan Poe dan Maurice Leblanc. Sebelum tahun 1914 dia tinggal di Brussels. Waktu dikermis van charleoi, ia bertemu seorang perempuan yang  bernama Georgette. dan beberapa tahun kemudian ia pun bertemu lagi dengan Georgette di hofstadt. Kemudian Margritte pun menikah dengan Georgette. Waktu sekolah di akademi ia bertemu dengan Schilder Victor Servanckx dan Piere Louis Fouquet.  Lalu ia mengikuti aliran mereka yaitu Constructivisme. Mereka pun membuat majalah 7 Arts.  Pada periode itu ia membuat Eerst Afficheontwerpen dan pekerjaan dekoratif.  Pada tahun 1922 berteman dengan guru piano kakak laki-lakinya Paul yang bernama E.L.T Mesens dari Mesens ia mengenal Nihilistiche Esthetiek van het Dadaisme.  Tahun 1923 ketemu dengan seorang penyair Marcel Le Comte, lalu Marcel memproduksi lagu-lagu cinta dari Giorgio de Chidico dari sini mulai timbullah inspirasi yang luar biasa dengan lahirnya aliran Surealistik pada tahun 1926 ia mulai lukisannya yang diberi judul De Verdwaalde Jockey (Joki yang Kesasar) sampai akhirnya di Brussels hadir group lukisan Surealistik yang kemudian menjadi terkenal. Di samping Margritte ada aliran yang lebih hebat lagi yaitu Paul Nougie, Camille Goemans, E.L.T Mesens, Marcel Le Comte. Andre Souris, dan Louis Scutenaire. Tahun 1928 dia melakukan penandatanganan untuk pameran lukisannya di galerie L'Epoque yang punya galeri ini namanya Paul Gustave van Hecke, suami dari Norine, voor wie margritte reclame op drachten uitvoert.  Tahun 1927  Rene Margritte dan Georgette (istrinya) pindah ke Paris. Margritte meninggal tgl 15 Agustus 1967










Aku menikmati lukisan di museum Magritte sendirian sementara temanku yang lain lebih suka menikmati toko-toko di sekitaran Grand Place atau Grote Markt. Setelah puas menyaksikan koleksi lukisan di museum itu, aku pun keluar dan berjalan cukup jauh menuju taman di depan Palais.  Matahari bersinar dengan teriknya. Sesampainya di taman, aku memilih untuk mencari tempat duduk lalu duduklah aku di sana sendirian menunggu teman-temanku yang sedang asik belanja-belenji.  Buatku saat itu rasanya gak sanggup jalan ke Grote Markt, gila panasnya luar biasa sinting,  lagian dulu  aku sudah pernah ke sana jadi gak perlulah ke sana lagi.  hehehe...padahal males aja.  Hampir sekitar dua jam-an aku menunggu mereka di taman.  Mau nulis buku ketinggalan di dalam mobil. Jadi ya jalan-jalan aja sendirian. kalau bosen duduk sambil ngelamun. hehehehe. Setelah menunggu 2 jam-an mereka pun datang. Perjalanan dilanjutkan ke Paris.  Perjalanan ke Paris dengan mobil seperti kali ini baru pertama kalinya untukku. Biasanya dulu aku naik kereta. Jalan tol yang dilalui begitu panjang. Sementara pemandangan di kanan kiri berupa padang rumput yang hijau.  Jalan panjang menuju Paris...banyak sekali melewati tanjakan dan turunan.  Saat itu aku sempat melihat plang stasiun Midi.  Ah jadi inget masa lalu...naik kereta dari Paris menuju Belanda berhenti di stasiun Midi.





 Jalan ke Paris





Nginep di Hotel Marriott, Colombes Paris.

Kurang lebih tiga setengah jam, kita sampai juga di Paris. Bukan di tengah kotanya, tapi agak ke pinggiran, nama daerahnya Paris Colombes. Daerah ini banyak dihuni oleh para imigran. Kebanyakan imigran dari Afrika.  Suasana di depan hotel Marriott, agak semrawut, karena jalanan sedang dibangun.  Bangunan-bangunan flat di depannya pun...gak ada nafas Perancisnya. Bahkan lebih mirip suasana di Indonesia.  Aku pun seperti tak percaya, "Ini betul Paris???  Kok kayak di Klender??" batinku.   Di Mariott kita menginap 4 hari  3 malam. Lagi ada promosi bayar per-orang  sekitar 115 euro. Harga yang lumayan murah. Mariott di Paris Colombes ini adalah hotel berbintang 4. Petugas hotelnya minimalis banget, tapi bener-bener profesional.


Sabtu, 14 April 2012

Ke Radio Nederland






Iwan, Indah, dan Ikyu hari ini akan datang ke Hilversum, karena Iwan dan Indah (Indonesia Bertindak)  mau diintervieuw ama radio Nederland.  Sesampainya di rumah Indah, mereka diantar oleh Chiel  ke  studio. Seperti napak tilas akhirnya aku  datang ke tempat ini lagi.  Dulu aku pernah diinterview di sini, tapi itu sudah lama sekali sekitar akhir 92.  Saat itu aku diinterview oleh jurnalis kawakan pak Asbari. Nurpatriakrisna.  Studio Nederland bagus sekali .  Saat itu kebetulan pas ke sana berbarengan dengan tim dari Dewan Pers Jakarta.  Mereka sedang melakukan kunjungan kerja, diantara mereka tampak Bambang Harimurti (eks bosnya majalah Tempo), Bagir Manan, dan masih banyak lagi. Orang-orang Indonesia yang bekerja di radio itu sangat ramah. Karena waktu itu sudah jam 12 siang, kita langsung diajak makan siang di kantin.   Kantinnya mirip food court.  Di sana tersedia sup, salad,  sandwich, dsb.  Minuman pun ada yang dingin dan hangat.  Aku memilih sandwich isi salmon.



Sambil makan kita ngobrol dan berkenalan dengan Pritta, Feba, Alfons, Juliani  yang bekerja di radio Nederland ini dan masih ada beberapa lagi.  Begitulah aku dan Ikyu menunggu Iwan dan Indah diinterview.  




Setelah selesai lalu kita langsung diajak Chiel ke Zutphen.  Rasanya indah sekali bisa jalan-jalan ke Belanda bersama teman. Sesampainya di Zutphen kita diajak berkeliling kota. Mereka (Iwan dan Indah) keliatan sangat mengagumi gereja yang berubah fungsi menjadi perpustakaan, mereka juga mengagumi rumah Indah yang antik dengan mawar yang tengah berbunga mekar berwarna pink merambat di depan pitu masuk.  So romantis. Kita pun berkeliling centrum...lalu jalan-jalan  melihat benteng, museum....dan banyak lagi. Setelah lelah berkeliling maka waktunya kita menikmati  ice cream di Talamini.  Tempat Ice cream ini banyak sekali dikunjungi orang.  Memang setiap musim panas, toko ice cream selalu diserbu orang.  






Duduk-duduk sambil menikmati ice cream dan matahari yang hangat banyak dilakukan orang di sini. Karena hari sudah sore, kita pun pulang menuju Hilversum.  Di rumah sudah menanti makanan Indonesia seperti;  sate, karedok, balado telor, bacem tempe en tahu, nasi kuning...karena ternyata hari itu sekalian merayakan 25 tahun Indah tinggal di Belanda. Lucunya pas bertepatan dengan penandatangan pembelian rumah di Zutphen sekaligus kedatangan keluarga Iwan juga. Ah apakah ini sebuah kebetulan?  Rasanya gak ada yang kebetulan di dunia ini. Lalu ini apa? Adakah ini sebuah jawaban atau pernah ada kaitan dengan past life kita???  Suasana meriah sekali. Kita menikmati makanan di halaman belakang dengan ditemani kehangatan dari api unggun.  Sampai tak terasa waktu sudah menjelang malam.  Dan mereka harus pamit pulang. Duh aku merasa sedih. Hiks. Aku kelayu


Ketemuan Iwan, Indah, Ikyu di Leiden.




Rencananya hari ini aku ketemuan  ama Iwan dan Indah di  Leiden. Jam sebelas pagi setelah bangun kesiangan aku  langsung mandi, makan, dan siap-siap bawa sangu biar gak pusing dan juga untuk ngirit. hehehe.  Bekalku siang itu terdiri dari sepasang pisang ambon, cokelat kitkat, roti dengan selai kacang (kesukaanku),  dan tentunya sebotol air mineral.  Berangkat menuju  ke stasiun Hilversum dianter ama Chiel, karena Chiel akan sekalian mau pergi ke Zutphen.  Sampai stasiun, aku langsung menuju ke loket untuk beli tiket Hilversum-Leiden. Harga tiket sekitar 20 euro. Kereta  yang akan  membawaku ke Leiden datang 4 menit lagi. Sementara aku masih di atas padahal aku harus turun ke bawah. Waduh kayaknya gak ke kejar.  Bener aja...pas aku baru turun ke bawah (dengan ngos-ngosan tentunya), keretaku bergerak jalan. Kereta snel trein yang langsung menuju Leiden.

Setelah tanya petugas kereta api, dia bilang aku bisa naik kereta yang di platform sebelah, tapi nanti turun di Amsterdam. Setelah itu baru aku ganti kereta lagi yang menuju ke Leiden. Ah ribet amat. Sepertinya dia tahu kalau pilihan itu membuat aku ribet. Akhirnya dia bilang lagi,  kalau mau naik kereta yang gak usah pindah-pindah alias langsung ke Leiden, aku harus nunggu kira-kira 20 menit di platform yang sama.   Ah mending nunggu 20 menit tapi gak ribet. Ternyata menunggu 20 menit gak lama, aku bisa cuci mata melihat orang-orang yang turun dan naik kereta, lihat gaya-gaya mereka. Ada oma-oma,  ada anak muda dengan stylenya yang cihui, ada om-om yang netjes,  ada cewek dengan pakaian yang eksentrik....sampai akhirnya kereta yang ditunggu pun tiba. Keretanya yang kunaiki kali ini bukan snel trein, tapi stop trein.  Kereta di sini asik banget gak pernah sampai desek-desekan bahkan gerbong yang kududuki kali ini isinya cuma aku sendirian. Sendirian di gerbong!! Lumayan...bisa ngelamun.  Kebetulan di gerbog ini aku bisa melihat jalur stasiun-stasiun yang bakal dilewati oleh kereta ini.  Kalo ngeliat di jalur itu, kereta bakalan tiba di Leiden jam 12.10.  Setelah ngelewatin Amsterdam dan Schiphol, kereta ini akan mentok di tujuan terakhir ke Dordrecht.  Tanpa terasa keretaku  melewati tunnel di Schiphol, yang masyaallah panjang dan gelap.  Kereta pun dipacu kenceng banget.  Kuping rasanya penging. 
Pas lagi asik-asiknya ngelamun tiba-tiba datang petugas karcis, aku kira dia akan menagih tiketku.  Ternyata kok dia sama sekali gak menagih karcisku.  Dia malah menyapa, goede miedag...eh dia koreksi lagi goede morgen!  Karena dia lihat jam masih pagi.  Lucu en ramah sekali.  Kereta di sini bener-bener gak pernah ngaret, sampai di Leiden jam 12.10 malah kurang 5 menit. Gileee kereta di sini asik banget. Semua tepat waktu.  Sampai di stasiun centraal Leiden,  Iwan udah nunggu sama Indah dan Ikyu.

Gak lama kemudian tantenya Iwan yang tinggal di Den Haag juga dateng.  Kita ngobrol sebentar terus kita berpisah dengan tantenya Iwan.  selanjutnya kita berempat (Iwan, Indah, Ikyu, dan Indi)  jalan ke centrum. Kita mau lihat-lihat centrumnya Leiden. Hari itu cuaca lagi bagus banget. Matahari mencorong dengan sangat cerianya. Setelah capek berjalan menysuri jalan di centrum Leiden yang lumayan jauh, kita pun duduk di tepi kanal sambil minum ice lemon tea dan roti isi ikan salmon. Di tempat itu kita mengenang, bahwa dulu kita pernah janjian mau jalan-jalan ke Belanda.  Omongan yang aku kira hanya sekedar omongan. Gak taunya kini ucapan itu bisa terwujud. Ajaib. Sungguh ajaib kita bisa ketemu di sini sesuai dengan ucap yang diamini semesta. Perjalanan dilanjutkan dengan terus menyusuri jalan-jalan melewati pertokoan, gereja, bangunan rumah tua,  menaiki jembatan dengan kanal-kanal dengan kapal-kapan yang berlayar di bawahnya.   Akhirnya kita pun berhenti dan  foto-foto di lapangan rumput tepi kanal.   Pas duduk di rumputan itu aku baru sadar ternyata kita berempat namanya berinisial I semua: Iwan, Indah, Ikyu, Indi.  Ketika aku ngomong begitu eh Iwan juga pas nulis tentang hal itu juga di bukunya. Aneh. Dari tepi kanal itu, lalu kita lanjutkan lagi  menyusuri jalan-jalan di Leiden.  Tanpa terasa waktu telah menunjukkan jam 7 mala.  Tapi untungnya matahari bersinar, jadi hari terasa siang terus. Sesampainya di stasiun centraal Leiden, karena aku panik, aku gak sempet say goodbye pada Iwan, Indah, dan Ikyu,  aku langsung lari ke platform 5a tempat keretaku menunggu.  Aku pun langsung menaiki gerbong kereta.  Tak lama kemudian kereta pun berangkat menuju Hilversum.

Dari pinggir jendela kereta, aku melihat pemandangan yang indah. seperti biasa....padang rumput dengan kuda, sapi, dan domba, rumah-rumah  yang cantik.... sekitar satu sampai satu setengah jam (karena stop trein) akhirnya kereta berhenti di stasiun Hilversum. Begitu aku turun di stasiun...ternyata bisku jurusan Kerkelanden baru aja berangkat jam 21.29.  Waduh aku harus nunggu lagi. Tapi untungnya...matahari masih terang, jadi aku  gak takut nongkrong di stasiun sendirian.  Setelah nunggu agak lama...akhirnya bis ku dateng juga. Aku pun setelah bayar 1.50 euro. Perjalanan memang gak jauh. Tapi bis ke Kerkelanden ini memang gak lewat dekat rumah, bis akan langsung belok ke jalan lain.  Akhirnya aku harus turun di halte yang lumayan jauh. Dari situ aku harus meneruskan dengan jalan kaki.  Bayangkan aku jalan sendirian di jalanan  yang sunyi senyap. Tak ada seorang pun yang keluar apalagi jalan-jalan.  Sesekali aku suka menengok ke belakang, takut ada orang yang membuntuti. Aku sering melalui jalan ini sendirian setiap kali harus pulang malam sehabis jalan-jalan ke luar kota dengan naik kereta.  Aku pun menyebrangi jalan memasuki hutan yang gelap.  Sesekali aku mendengar suara ranting yang jatuh.  Sebetulnya aku sering merasa takut kalau malam-malam pulang sendirian memasuki hutan. Tapi gimana lagi memang rumah temanku di dalam hutan. hehehe. Alhamdulilah selamat juga sampai rumah kembali





Rabu, 11 April 2012

Sendirian ke Amsterdam.






Hari ini ada pesta ulang tahun pernikahan Didi dan Dewi, tapi karena acaranya sore, lalu aku memutuskan untuk jalan-jalan sendiri dulu  ke Amsterdam.   Aku diantar Chiel ke stasiun Hilversum.  Aku langsung menuju tempat penjualan tiket dan aku beli tiket retour seharga 10.30 euro. Setelah itu aku menuju papan jadwal perjalanan kereta api untuk melihat platform kereta yang akan kutumpangi ke Amsterdam.  Kulihat dari situ, keretaku akan datang 5 menit lagi.  Huh...sudah lama gak pernah naik kereta, sendirian lagi...rasanya deg-degan juga.  Saat itu aku takut kesasar dan banyak lagi rasa takut merayap di hati, tapi harus aku lawan. Lima menit kemudian benar saja kereta  yang kutunggu datang. Aku  mencoba naik di gerbong atas (kan di Indonesia gak ada kereta bertingkat. hehehe).  Setelah memilih kursi pinggir jendela, tak lama kemudian kereta pun melaju cepat sekali. Waduh  kepalaku rada muterni. Bahaya euy.  Aku baru inget tadi di rumah  hanya sempat makan setangkep roti.  Ah...untung aku bawa pisang. Untuk mengisi perut yang keroncongan aku pun mengambil  pisang dari dalam tas.  Aku tidak bisa menikmati pemandangan di luar, karena kepalaku takut muter lagi. hehehe.  Hanya sekitar 20 menit kereta sudah sampai di Amsterdam.  Aku  pun turun ke bawah lewat pintu samping (karena stasiun sedang dalam renovasi).

Pas sampai di luar akupun  menunggu Nani di depan jalan trem. Aku sama sekali tidak melihat dia di sana.  Waduh mulai panik nih. Setelah saling mencari akhirnya ketemu juga, tiga orang yang kucari yaitu; Nani Hoorn, Nani Bandung, dan Mieke (ponakannya Nani Hoorn).  Mereka bertiga baru saja melihat museum Madam Tussaud.  Setelah  bertemu mereka lalu kita pun beranjak dari situ, tujuan kali ini  mereka ingin melihat Museum Sex.  Sementara aku hanya menunggu di luar.  Males ah...sayang beli tiket seharga 8 euro. Karena hari mulai siang dan perut mulai keroncongan, kita pun ingin mencari resto Indonesia.  Duh udah kebayang makan bakso yang anget dan pedes pasti mantap di udara yang dingin seperti hari itu. Restoran Si Joe adalah sasaran yang akan kita tuju.  Jalan menuju resto itu lumayan jauh, berkelak kelok ngelewatin toko dan gang-gang, duh ...gak taunya setelah kaki lumayan pegel dan menahan liur bayangin bakso panas...ternyata gagal total.  Restoran Si Joe tutup. Setelah berembuk sebentar, akhirnya kita pun sepakat mencari resto Thai, dingin-dingin begini  pasti enak bener makan tom yam gung yang panas pedes.  Kita jalan lagi mencari resto Thai.  Untung gak jauh dari situ kita menemukan resto Thai yang bernama Thaise Bird.  Restonya keliatan otentik. Gak besar restonya , tapi rame pengunjung. Wah...ini dia tandanya pasti makanan di situ yummy.Kita berempat langsung masuk ke dalam.  Aku pesan tom yam gung jamur dan udang plus teh jasmine.  Tom yamnya bener-bener enak, nasinya juga pulen. Di situ kita juga disuguhin kacang mede goreng. Hmm...gak nyesel deh makan di situ.  Hati puas, perut kenyang.  Dari resto Thaise  Bird itu, kita pun jalan lagi. 

Dalam perjalanan itu  aku  tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadikan segala keindahan dan keunikan tempat yang kulewati.  Saat aku sibuk memotret-motret dengan kamera mungilku,  aku pun baru sadar bahwa aku tertinggal oleh ketiga temanku yang lain. Busset... aku gak  lihat mereka.  Padahal jalan kecil di situ banyak sekali.  Aku bingung kemana harus mencari mereka.  Untung pulsa hapeku masih sisa sedikit.  Mereka bilang ada di tempat rondvaart, tapi tempat rondvaart ada dua. Setelah mencari-cari mereka kesana-kemari, akhirnya ketemu juga ternyata mereka  di tempat rondvaart yang di depan hotel Victoria. Aku pun jalan kaki ke sana. Tadinya aku gak mau naik rondvaart (selain dulu aku sudah pernah, bisa ngirit uang juga), tapi ah ngapain juga nunggu di geladak sendirian, sementara hawa saat itu dingin banget. Akhirnya kuputuskan naik rondvaart juga bersama mereka. Setelah sekitar satu jam kita berada  dan muter-muter mengelilingi kanal dengan  rondvaart kita pun turun.  Kita pun meneruskan perjalanan. Kali ini Nani Bandung dan Mieke ingin shopping. Lalu masuk lah kita ke toko C&A.  Kata Nani  Hoorn,  C&A lagi sale. Aku cuma ikutan masuk hanya ingin sekedar cuci mata. Kulihat barang-barangnya gak sebagus di Metro atau Sogo di Jakarta. hehehe. Mungkin memang koleksinya pas lagi gak bagus saat itu.  Belum lagi harganya maharani bambang. Aku lihat mereka pun gak ada yang beli. Dari C&A  kita berempat sepakat pengen ngemil.  Kita pun mencoba petat Belgie  yang kondang karena enaknya.   Kita beli petat Belgie yang ukuran large, karena  untuk disantap berempat.  Gak taunya ....masyaallah  bener-bener large alias buanyaakkk banget.  Sambil menghangatkan badan, dan meluruskan kaki kita pun colek-colek petat  yang masih anget dengan mayonnaise. Perut udah kenyang, tapi petat masih juga gak abis. Akhirnya sisanya dibuang juga ke tong sampah. Masih juga penasaran dengan shopping, kita jalan lagi ke Kalvestraat (pertokoan juga).  

Kita menyusuri jalan dari ujung ke ujung.  Paha rasanya pegel. Sementara sepatu yang kupakai kurang nyaman, aku butuh sepatu yang lebih enteng. Di sebuah toko akhirnya aku menemukan sepatu sniker harganya sekitar 15 euro. Lumayanlah sepatu berwarna abu-abu terbuat dari kain kanvas. Enteng banget kayak sepatu balet. Dipakenya juga enak. Alhamdulilah untung jam sudah menunjukkan jam 6 sore. Toko-toko akan tutup. Kalau belum tutup pasti mereka akan tetep jalan lagi keluar masuk toko. Dari Kalvestraat  kita menyebrang ke stasiun kereta, aku diantar mereka sampai platform 10b. Keretaku ternyata gak lama lagi datang. Kereta di sana selalu tepat waktu. Terlambat sedikit saja kita udah pasti tertinggal. Perjalanan dengan kereta dari Amsterdam ke Hilversum ternyata hanya memakan waktu 18 menit. Duh rasanya lega deh. Sampai di stasiun Hilversum kontras banget dengan stasiun centraal, di sini lebih bersih dan lengang gak kayak di Amsterdam, banyak sekali orang dan kesannya agak serem. Tadinya dari stasiun aku mau langsung jalan kaki ke tempat Dewi, tapi ah kakiku terasa capek. Aku pun memutuskan naik bis, kebetulan aku  lihat bisku, nomor satu jurusan Kerkelanden masih menunggu. Akhirnya aku pun naik bis itu dengan bayar 1,50 euro. Aku pun turun di halte. Dari sana aku dijemput Riana dan anaknya Dewi  goncengan naik sepeda. Di rumah Dewi orang-orang sudah banyak sekali. Pesta ulang tahun pernikahan Didi dan Dewi meriah sekali belum lagi makanannya wow lumayan melimpah. Lezat-lezat lagi. Pesta pun berakhir  jam 12 malem. Badan rasanya ringsek dan mata  berat menahan kantuk.


Plan ke Paris dan Brugge



Hari ini mendung, hujan, dingin.... gak kemana-mana.  Hanya Indah dan Chiel yang pergi ke Utrecht. Aku di rumah  sendirian menonton bola  antara Jerman melawan Serbia yang berakhir kemenangan Serbia 1-0.  Tak lama kemudian Indah dan Chiel datang. Untuk makan siang Indah membuat nasi goreng.  Aku pun  mengobrol dengan Indah tentang rencana pergi ke Paris bersama Nani, Ida, dan salah satu teman mereka yang tinggal di Jonkopings, Swedia juga mau ikut.  Rencananya kita akan berangkat tanggal 2 Juli sampai tanggal 5 Juli.  Dari Nederland kita berangkat mampir dulu ke Brussels lalu baru ke Paris. dan mungkin nanti pulangnya mampir ke Brugge.Di Paris kita rencananya akan tinggal di hotel Mariott yang kurang lebih 8 kilometer dari tengah kota Paris. Dari hotel kita akan jalan-jalan ke kota Paris dengan mengendarai bis dan metro. Hari pertama kita akan mengunjungi menara Eiffel,  Champs Elysses,  Arc de Triomph, Trocadero, Notre Dame,  Museum Louvre, dan Jardin de Tuileries.  Lalu hari ke dua ke Montmartre, Montparnasse, dan Du Pere Lachaise.  Dan di Brussels kita akan mampir ke Museum Rene Margritte yang bertempat di Koningsplein 1 Place Royale. 1000 Brussels, Belgie.  Aku browsing di internet ternyata tiket masuk untuk dewasa 7 euro. Sementara untuk anak remaja sampai dengan usia 23 tahun bayarnya 6 euro dan buat anak di bawah 9 tahun gratis.

ALMERE
Hari itu mau ada pesta perpisahan Nicki, anaknya Siska, temennya Indah.  Nicki akan pergi ke Nepal. Pesta perpisahan akan diselenggarakan di daerah Almere.  Indah sibuk membuat rabarber cake, apel cake, dan pisang goreng.  Pisang goreng dengan sepuluh pisang tanduk yang besar-besar. Aku menggoreng dari jam 11.30 siang sampai jam 14 siang.  Semua harus udah siap jam 15 karena Siska akan mengambil makanan itu untuk pesta di Almere nanti. Betul saja pas jam 15.30 Siska datang ke rumah Indah untuk mengambil cake serta pisang goreng yang akan dibawa ke Almere. Jam 6 sore kita semua berangkat ke Almere.  Sesampainya di Almere pesta diselenggarakan di sebuah tempat, seperti gedung pertemuan.  Kebanyakan yang hadir di situ adalah teman-temannya Nicki dan kerabat ibu dan neneknya (org Indo  yang masih sehat).  Pada acara itu  disediakan nasi, gado-gado, sate, etc. Setelah  makan, minum dan ngobrol ngalor ngidul jam 8 malem kita pamitan. Sepulang dari situ kita masih akan melanjutkan pesta  ulang tahun anaknya Narti yang bernama  Natahalia, di Hoorn.  Sampai Hoorn udah jam 9 malem.  Pestanya lumayan meriah banyak anak muda dan ibu-ibu yang datang ke pesta itu. Seperti biasa makanan yang disediakan adalah makanan Indonesia, seperti mie goreng (enak banget), acar, rendang, balado telor, dan beberapa lagi.  mKarena yang ultah anak muda maka malam itu musik disko pun mulai memenuhi ruangan. Huh senangnya melihat tingkah laku mereka.  Jadi ingat masa muda dulu. Uhuk...uhuk

Ke Benningbroek

 



Setelah puas jalan-jalan di Volendam kita mengantarkan Nani ke rumah Ida di Benningbroek, Hoorn. Rumah di Benningbroek ini beda lagi semua masih berbau tradisional.  Gaya-gaya rumah para peternak/pertanian (bouderij).  Rumah Ida berada di pinggir jalan, tapi kebun di belakangnya besar sekali dengan rumput terhampar luas. Belum lagi aneka pohon pear, plum, apel, pohon walnut, bessen, sampai rabarber  semua ada hm seperti di nirwana. Oh iya di Belanda sini daun rabarber yang bentuknya seperti pohon talas, dan biasanya sering dibuat cake. Tapi yang dipakai bukan daunnya melainkan batangnya. Rasanya asam sekali.  Batang rabarber itu dihancurkan lalu dicampur terigu, telur dan sebagainya lalu dipanggang dan disantapnya dengan slagrom yang manis gurih. Hari itu kebetulan Ida membuatkan bubur rabarber yang dimakan dengan yogurt.  Katanya sih gak boleh sering makan rabarber, karena bisa mengurangi kalsium kita.  Sepulangnya aku dari rumah Ida dalam perjalanan aku merasakan bahwa betapa baiknya Indah dan Chiel yang menerima aku selama 3 bulan menginap di rumahnya, makan dan tidur gratis bahkan diajak jalan-jalan jauh melihat kota dan tempat-tempat indah di Belanda.  Aku sama sekali tidak pernah membayangkan hal ini.  Bagaimana nanti aku membalas kebaikan mereka?? Ah biarlah semesta yang akan membalas budi baik mereka. Semoga kedatanganku ke tempat ini membawa barokah yang baik buat keluarga ini.  Amin

pohon rabarber. 
kue dari rabarber.

Mencoba Ikan Haring di Volendam





Pagi hari itu kita akan menjemput Aminah dan Dick untuk mengantar mereka ke Schipol, karena mereka mau holiday ke Indonesia.  Setelah dari Schiphol kita pergi lagi ke Zaanse Schans mengantar Nani ke sana, karena selama liburan di NL ini dia belum pernah menjejakan kakinya ke sana. Dari Zaanse Schans kita pergi ke Volendam.  Setelah belasan tahun menapakkan kaki di Volendam, akhirnya hari itu aku bisa kembali lagi melihat kota pelabuhan ini.  Rasanya semuanya belum berubah. Pelabuhan dan burung-burung yang berterbangan. Jajaran kios souvenir, restoran, cafe, dan tempat berfoto dengan kostum nelayan Volendam berjejer di pinggir jalan.  KIos-kios yang menjual ice cream, dan makanan laut seperti ikan haring yang kondang itu pun masih banyak kita temui di sini.Melihat Nani ingin berfoto dengan kostum nelayan Volendam, aku pun ingin lagi berfoto dengan kostum itu. Bayarnya 13 euro. Sayang baru masuk ke studio udah disambut 2 orang perempuan, yang satu fotografernya dan yang satu lagi yang memakaikan baju plus pengarah gaya. Huh jadi gak enak, karena gayanya mereka yang ngatur.  Jadi gak bebas in action. Setelah dijepret lalu kita pun harus menunggu setengah jam sampai fotonya jadi.   

Selama menunggu foto selesai, kita jalan-jalan melihat pelabuhan dan kapal-kapal yang berlayar. Sementara banyak sekali burung-burung yang hinggap di pagar. Di saat itu pun aku melihat Chiel membeli ikan haring mentah yang dimakan dengan irisan bawang putih dan acar timun.  Wah sudah lama aku ingin mencoba makanan khas Belanda ini, tapi dulu-dulu aku selalu enggan, takut muntah. Tapi kali ini  aku tidak mau membuang kesempatan, aku pun mencoba.  Ikan haring segar sudah dipotong-potong, dimakan dengan irisan bawang putih dan acar timun. Hm...ternyata gurih. Lumayan enak juga. Setelah makan ikan haring, kita beli ice cream. Karena cuaca sangat panas jadi nikmat sekali makan ice cream sambil duduk ditiup angin laut sementara burung-burung beterbangan dan hinggap di dek kapal, di pagar,  di trotoar, di dahan pohon.....   Pemandangan laut yang bersih, indah, dan cukup menawan.  Volendam  belasan tahun yang lalu dan sekarang nyaris tak berubah.  Siang itu sebelum melanjutkan perjalanan aku habiskan sisa ice creamku, seperti biasa aku memesan ice cream mango, hm....nikmatnya.


Selasa, 10 April 2012

Bronkkorst, kota paling mungil.





Hari itu Nani dan aku diajak Indah dan Chiel ke Zutphen.  Karena Nani memang belum pernah pergi ke sana.  Di centrum Zutphen kita diajak ke kedai namanya Thee Pelican yang sangat terkenal. Di toko ini khusus  menjual teh, kopi, coklat,  cangkir, teko, dan pernik dapur yang sangat unik.  Di dalamnya juga kita bisa langsung menikmati kopi atau teh yang dijual di tempat itu. Desain interiornya, sumpah mati keren banget!  Kata Indah, toko ini pernah memenangkan penghargaan.   Suasana di Zutphen saat itu sangat ramai sekali, karena bertepatan dengan Worl Cup sehingga banyak kita temui orang-orang sedang menonton pertandingan bola.  Hari itu tengah berlangsung pertandingan antara Belanda melawan Denmark.  Suasana kota yang biasanya sunyi pun jadi meriah dan rame oleh tiupan terompet.  Semuanya berubah menjadi hingar bingar. Di Zutphen kala musim semi  di mana-mana aku melihat bunga-bunga mawar bermekaran.  Gila, bunga mawarnya besar-besar dengan aneka warna yang cantik jelita; ada yang merah merona, pink, putih, kuning, semuanya sungguh mempesona!  Belum lagi kebanyakan bunga-bunga itu merambat di tembok rumah, sangat romantis!!!!   Aku selalu terpana melihat keindahan mawar-mawar yang bermekaran di mana-mana. Luar biasa menawan. Termasuk bunga mawar tetangga Indah  dengan warna merah menyala  bergerombol jatuh menjorok ke teras rumah. Sulit menggambarkan kecantikannya! Sunguh,  seperti dalam film-film romantis Inggris! 

Setelah puter-puter kota Zutphen, kita pun diajak ke daerah Bronkhorst  yang merupakan kota terkecil di Belanda.  Kotanya sepi....bangunan rumahnya mungil-mungil  dan sungguh cantik.  Di Bronkhorst ini  terdapat  museum Dickens. Saat aku asik mengitari daerah ini, ntah bagaimana aku menemukan sebuah kotak berisi buku yang dijual murah di depan salah satu rumah di sana, saat melihat  itu aku merasa  mengalami deja vu. Anehnya di sebelah rumah itu aku membaca sebuah plang yang bertuliskan Huis Vier Linden yang artinya rumah dengan 4 pohon linden.  Saat itu pula aku baru tahu yang namanya pohon linden.  Masyaallah pohon linden yang pernah aku baca dibukunya Nirwan Dewanto, ternyata ini toh sosoknya.   Daun linden ini katanya memiliki harum yang khas jika dibuat teh.  Begitulah setelah memutari daerah Bronkhorst yang mungil tapi cantik ini  kita pun pulang. Sepulangnya dari sini kita melewati  kota Arnhem.  Kota Arnhem indah sekali. Masih ada trem yang bersliweran di dalam kota seperti di Den Haag, delft, dan Scheveningen.  Kota Arnhem lebih hidup dari pada kota Maastricht.  Sepulang dari situ waduh badan rasanya rontok.Hari itu kita gak kemana-mana alias di rumah aja. Cuaca kadang bermatahari kadang hilang, tapi angin tetap dingin.  Enak juga sih istirahat, setelah kemaren jalan terus seharian.

























































Selametan di Hoorn



Dari  Zaanse Schans kita meluncur lagi ke rumah Nani di Hoorn, karena ada selamatan cucunya yang baru lahir.  Sampai rumah Nani orang-orang udah banyak yang datang.  Wah aku gak nyangka sebuah pesta beneran dengan tenda putih yang menampung banyak orang.  Satu diantaranya Enny (temen lamaku di JWT), dia datang dari Belgia.  Aku gak nyangka bisa ketemu Enny di tempat ini.  Hehehe ternyata dia sudah 5 tahun tinggal di Brussel.Di rumah pasangan Nani  dan Ruud ini suasana begitu ramai.  Anehnya aku tidak merasa terasing, karena di sini banyak sekali teman yang sudah aku kenal dan orang yang baru kukenal pun sangat menyenangkan. Pesta selamatan di sini disuguhin aneka makanan Indonesia, sambel goreng udang, tahu taoco pake paprika, nasi kuning, nasi putih, asinan, ayam goreng, sambal, kerupuk, balado telor wah banyak deh. Kue-kuenya pun istimewa...ada kue lapis, kue lapis kanji (kue pepe), lemet, dan bolu ijo.  Acara di pesta selamatannya meriah sekali, Nani dan Dewi menggunakan pakaian sexy dan wig lalu mereka menari mengelilingi tamu. Selain itu para bapak dan ibu-ibu yang datang dari berbagai tempat ini berdansa.  Ada juga yang karaoke.  Gak terasa hari pun mulai gelap kita pun pamit pulang.  Hoorn ke Hilversum memakan waktu kurang lebih satu jam dan sampai rumah sudah  jam satu pagi.  Hah capek juga

Tempatnya Kincir Angin di Zaanse Schans.







Hari itu aku, Dewi, Emmy, diajak Indah pergi ke Zaanse Schans, tempat yang banyak terdapat kincir angin.  Aku belum pernah menginjak tempat ini sebelumnya.  Kita berlima berangkat jam setengah satu siang.  Aku gak tau bagaimana situasi di Zaanse Schans. Ternyata pas sampai di sana....anginnya luar biasa kencangggg dan dinggin.  Wah saat itu aku bener-bener saltum, untung Emmy minjemin jaketnya.  Zaanse Schans adalah tempat yang unik.  Di sana kita melihat  banyak kincir angin di tepi laut, rumah-rumah penduduk yang kecil seperti rumah petani,  bakkerij tradisional,  tempat membuat keju,  semuanya sudah dimakan umur alias tua, tapi sangat menarik.  Menginjak tempat itu kita langsung disapa oleh aroma cokelat yang harum  (belakangan aku baru tahu ternyata tak jauh dari situ memang ada pabrik cokelat yang cukup besar).  Di tempat ini kita bisa menyaksikan  pembuatan keju bahkan kita pun boleh mencoba aneka keju yang lezat.  Sungguh banyak jenis keju yang bisa kita nikmati ; ada keju dengan merica, ada smoke keju alias gerokte kaas,  keju tua, keju sambal,  keju muda, 
wah pokoknya  banyak sekali deh dan rasanya hm..... lekker!

Di Zaanse Schans ini kita juga bisa melihat  pembuatan klompen yang jadi trade mark-nya Belanda, di tempat ini juga  sekaligus toko souvenir.  Jadi kalau mau beli aneka klompen dari yang kecil sampai yang besar, dari yang terbuat dari kayu sampai keramik ada semua.  Oh iya biaya masuknya di atas setengah jam dikenai 7 euro. Zaanse Schans seperti sebuah perkampungan yang masih kuno (memang sengaja dipertahankan untuk obyek wisata). Rumah-rumah di sini mungil-mungil dengan gaya yang masih tradisional.  Jendela yang kuno.  Terasnya mungil dengan bangku-bangku antik. Di sampingnya ada halaman tempat penghuni rumah berkebun.  Dan di depan rumah-rumah tersebut dialiri sungai kecil dengan jalan setapak yang ditumbuhi pohon-pohon willow di pinggirnya.  Angsa dan bebek pun  berenang di situ. Belum lagi jembatan kayu di depan rumah-rumah mereka sungguh menjadi pemandangan yang menarik dan cantik!!!   Di Zaanse Schans ini  kita  juga masih bisa menemui rumah pembuat mustard yang kuno. Botol dan labelnya  pun  masih terkesan kuno, tapi sudah pasti mustard original dari sini  udah pasti lekker!!




Nonton Arthur Manggung di Huizen

Di belakang rumah Nur : Indah, Ani, dan Dewi.
Sampainya  dari Utrecht udah sore. Kita harus bersiap-siap lagi ke Huizen mau lihat Arthur (anaknya Nuraini) manggung dengan bandnya. Aku, Indah dan Dewi berangkat menjemput Ani Suwandi lalu kita berempat menjemput Nuraini di rumahnya. Rumah-rumah di Belanda gak ada yang berantakan. Semuanya resik  termasuk rumah si Nur ini. Di halaman belakang rumahnya kita ngopi en ngeteh dulu, baru kita berangkat ke Huizen. Sampai di tempat pertunjukan suasana masih sepi.  Mungkin bersamaan dengan pembukaan World Cup jadi orang-orang lebih suka menonton pembukaan di teve.  Jam 21 malam baru tempat itu dibuka. Sebuah ajang untuk anak-anak muda beraktivitas yang nonton cuma sedikit. Ah untung ada ibu-ibu alias temen-temennya Nuraini yang meramaikan suasana. Musiknya bener-bener keras. Aku susah menikmatinya, karena aku pikir antara melodi dan alat musik gak jelas harmonisasinya. Ah mungkin memang gak nyambung aja sama seleraku. Duh...awalnya sih jantung berdebar saking keras musiknya, tapi lama-lama jadi biasa juga. Setelah anaknya Nuraini selesai manggung lalu disambung musik disco dengan DJ.  Nah ibu-ibu yang datang pada turun semua nari poco-poco. Seru. Dan acara berakhir jam dua belas kita semua pun pulang ke rumah.


Arthur in action