Selasa, 10 April 2012

Bronkkorst, kota paling mungil.





Hari itu Nani dan aku diajak Indah dan Chiel ke Zutphen.  Karena Nani memang belum pernah pergi ke sana.  Di centrum Zutphen kita diajak ke kedai namanya Thee Pelican yang sangat terkenal. Di toko ini khusus  menjual teh, kopi, coklat,  cangkir, teko, dan pernik dapur yang sangat unik.  Di dalamnya juga kita bisa langsung menikmati kopi atau teh yang dijual di tempat itu. Desain interiornya, sumpah mati keren banget!  Kata Indah, toko ini pernah memenangkan penghargaan.   Suasana di Zutphen saat itu sangat ramai sekali, karena bertepatan dengan Worl Cup sehingga banyak kita temui orang-orang sedang menonton pertandingan bola.  Hari itu tengah berlangsung pertandingan antara Belanda melawan Denmark.  Suasana kota yang biasanya sunyi pun jadi meriah dan rame oleh tiupan terompet.  Semuanya berubah menjadi hingar bingar. Di Zutphen kala musim semi  di mana-mana aku melihat bunga-bunga mawar bermekaran.  Gila, bunga mawarnya besar-besar dengan aneka warna yang cantik jelita; ada yang merah merona, pink, putih, kuning, semuanya sungguh mempesona!  Belum lagi kebanyakan bunga-bunga itu merambat di tembok rumah, sangat romantis!!!!   Aku selalu terpana melihat keindahan mawar-mawar yang bermekaran di mana-mana. Luar biasa menawan. Termasuk bunga mawar tetangga Indah  dengan warna merah menyala  bergerombol jatuh menjorok ke teras rumah. Sulit menggambarkan kecantikannya! Sunguh,  seperti dalam film-film romantis Inggris! 

Setelah puter-puter kota Zutphen, kita pun diajak ke daerah Bronkhorst  yang merupakan kota terkecil di Belanda.  Kotanya sepi....bangunan rumahnya mungil-mungil  dan sungguh cantik.  Di Bronkhorst ini  terdapat  museum Dickens. Saat aku asik mengitari daerah ini, ntah bagaimana aku menemukan sebuah kotak berisi buku yang dijual murah di depan salah satu rumah di sana, saat melihat  itu aku merasa  mengalami deja vu. Anehnya di sebelah rumah itu aku membaca sebuah plang yang bertuliskan Huis Vier Linden yang artinya rumah dengan 4 pohon linden.  Saat itu pula aku baru tahu yang namanya pohon linden.  Masyaallah pohon linden yang pernah aku baca dibukunya Nirwan Dewanto, ternyata ini toh sosoknya.   Daun linden ini katanya memiliki harum yang khas jika dibuat teh.  Begitulah setelah memutari daerah Bronkhorst yang mungil tapi cantik ini  kita pun pulang. Sepulangnya dari sini kita melewati  kota Arnhem.  Kota Arnhem indah sekali. Masih ada trem yang bersliweran di dalam kota seperti di Den Haag, delft, dan Scheveningen.  Kota Arnhem lebih hidup dari pada kota Maastricht.  Sepulang dari situ waduh badan rasanya rontok.Hari itu kita gak kemana-mana alias di rumah aja. Cuaca kadang bermatahari kadang hilang, tapi angin tetap dingin.  Enak juga sih istirahat, setelah kemaren jalan terus seharian.

























































Tidak ada komentar:

Posting Komentar