Rabu, 11 April 2012

Sendirian ke Amsterdam.






Hari ini ada pesta ulang tahun pernikahan Didi dan Dewi, tapi karena acaranya sore, lalu aku memutuskan untuk jalan-jalan sendiri dulu  ke Amsterdam.   Aku diantar Chiel ke stasiun Hilversum.  Aku langsung menuju tempat penjualan tiket dan aku beli tiket retour seharga 10.30 euro. Setelah itu aku menuju papan jadwal perjalanan kereta api untuk melihat platform kereta yang akan kutumpangi ke Amsterdam.  Kulihat dari situ, keretaku akan datang 5 menit lagi.  Huh...sudah lama gak pernah naik kereta, sendirian lagi...rasanya deg-degan juga.  Saat itu aku takut kesasar dan banyak lagi rasa takut merayap di hati, tapi harus aku lawan. Lima menit kemudian benar saja kereta  yang kutunggu datang. Aku  mencoba naik di gerbong atas (kan di Indonesia gak ada kereta bertingkat. hehehe).  Setelah memilih kursi pinggir jendela, tak lama kemudian kereta pun melaju cepat sekali. Waduh  kepalaku rada muterni. Bahaya euy.  Aku baru inget tadi di rumah  hanya sempat makan setangkep roti.  Ah...untung aku bawa pisang. Untuk mengisi perut yang keroncongan aku pun mengambil  pisang dari dalam tas.  Aku tidak bisa menikmati pemandangan di luar, karena kepalaku takut muter lagi. hehehe.  Hanya sekitar 20 menit kereta sudah sampai di Amsterdam.  Aku  pun turun ke bawah lewat pintu samping (karena stasiun sedang dalam renovasi).

Pas sampai di luar akupun  menunggu Nani di depan jalan trem. Aku sama sekali tidak melihat dia di sana.  Waduh mulai panik nih. Setelah saling mencari akhirnya ketemu juga, tiga orang yang kucari yaitu; Nani Hoorn, Nani Bandung, dan Mieke (ponakannya Nani Hoorn).  Mereka bertiga baru saja melihat museum Madam Tussaud.  Setelah  bertemu mereka lalu kita pun beranjak dari situ, tujuan kali ini  mereka ingin melihat Museum Sex.  Sementara aku hanya menunggu di luar.  Males ah...sayang beli tiket seharga 8 euro. Karena hari mulai siang dan perut mulai keroncongan, kita pun ingin mencari resto Indonesia.  Duh udah kebayang makan bakso yang anget dan pedes pasti mantap di udara yang dingin seperti hari itu. Restoran Si Joe adalah sasaran yang akan kita tuju.  Jalan menuju resto itu lumayan jauh, berkelak kelok ngelewatin toko dan gang-gang, duh ...gak taunya setelah kaki lumayan pegel dan menahan liur bayangin bakso panas...ternyata gagal total.  Restoran Si Joe tutup. Setelah berembuk sebentar, akhirnya kita pun sepakat mencari resto Thai, dingin-dingin begini  pasti enak bener makan tom yam gung yang panas pedes.  Kita jalan lagi mencari resto Thai.  Untung gak jauh dari situ kita menemukan resto Thai yang bernama Thaise Bird.  Restonya keliatan otentik. Gak besar restonya , tapi rame pengunjung. Wah...ini dia tandanya pasti makanan di situ yummy.Kita berempat langsung masuk ke dalam.  Aku pesan tom yam gung jamur dan udang plus teh jasmine.  Tom yamnya bener-bener enak, nasinya juga pulen. Di situ kita juga disuguhin kacang mede goreng. Hmm...gak nyesel deh makan di situ.  Hati puas, perut kenyang.  Dari resto Thaise  Bird itu, kita pun jalan lagi. 

Dalam perjalanan itu  aku  tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadikan segala keindahan dan keunikan tempat yang kulewati.  Saat aku sibuk memotret-motret dengan kamera mungilku,  aku pun baru sadar bahwa aku tertinggal oleh ketiga temanku yang lain. Busset... aku gak  lihat mereka.  Padahal jalan kecil di situ banyak sekali.  Aku bingung kemana harus mencari mereka.  Untung pulsa hapeku masih sisa sedikit.  Mereka bilang ada di tempat rondvaart, tapi tempat rondvaart ada dua. Setelah mencari-cari mereka kesana-kemari, akhirnya ketemu juga ternyata mereka  di tempat rondvaart yang di depan hotel Victoria. Aku pun jalan kaki ke sana. Tadinya aku gak mau naik rondvaart (selain dulu aku sudah pernah, bisa ngirit uang juga), tapi ah ngapain juga nunggu di geladak sendirian, sementara hawa saat itu dingin banget. Akhirnya kuputuskan naik rondvaart juga bersama mereka. Setelah sekitar satu jam kita berada  dan muter-muter mengelilingi kanal dengan  rondvaart kita pun turun.  Kita pun meneruskan perjalanan. Kali ini Nani Bandung dan Mieke ingin shopping. Lalu masuk lah kita ke toko C&A.  Kata Nani  Hoorn,  C&A lagi sale. Aku cuma ikutan masuk hanya ingin sekedar cuci mata. Kulihat barang-barangnya gak sebagus di Metro atau Sogo di Jakarta. hehehe. Mungkin memang koleksinya pas lagi gak bagus saat itu.  Belum lagi harganya maharani bambang. Aku lihat mereka pun gak ada yang beli. Dari C&A  kita berempat sepakat pengen ngemil.  Kita pun mencoba petat Belgie  yang kondang karena enaknya.   Kita beli petat Belgie yang ukuran large, karena  untuk disantap berempat.  Gak taunya ....masyaallah  bener-bener large alias buanyaakkk banget.  Sambil menghangatkan badan, dan meluruskan kaki kita pun colek-colek petat  yang masih anget dengan mayonnaise. Perut udah kenyang, tapi petat masih juga gak abis. Akhirnya sisanya dibuang juga ke tong sampah. Masih juga penasaran dengan shopping, kita jalan lagi ke Kalvestraat (pertokoan juga).  

Kita menyusuri jalan dari ujung ke ujung.  Paha rasanya pegel. Sementara sepatu yang kupakai kurang nyaman, aku butuh sepatu yang lebih enteng. Di sebuah toko akhirnya aku menemukan sepatu sniker harganya sekitar 15 euro. Lumayanlah sepatu berwarna abu-abu terbuat dari kain kanvas. Enteng banget kayak sepatu balet. Dipakenya juga enak. Alhamdulilah untung jam sudah menunjukkan jam 6 sore. Toko-toko akan tutup. Kalau belum tutup pasti mereka akan tetep jalan lagi keluar masuk toko. Dari Kalvestraat  kita menyebrang ke stasiun kereta, aku diantar mereka sampai platform 10b. Keretaku ternyata gak lama lagi datang. Kereta di sana selalu tepat waktu. Terlambat sedikit saja kita udah pasti tertinggal. Perjalanan dengan kereta dari Amsterdam ke Hilversum ternyata hanya memakan waktu 18 menit. Duh rasanya lega deh. Sampai di stasiun Hilversum kontras banget dengan stasiun centraal, di sini lebih bersih dan lengang gak kayak di Amsterdam, banyak sekali orang dan kesannya agak serem. Tadinya dari stasiun aku mau langsung jalan kaki ke tempat Dewi, tapi ah kakiku terasa capek. Aku pun memutuskan naik bis, kebetulan aku  lihat bisku, nomor satu jurusan Kerkelanden masih menunggu. Akhirnya aku pun naik bis itu dengan bayar 1,50 euro. Aku pun turun di halte. Dari sana aku dijemput Riana dan anaknya Dewi  goncengan naik sepeda. Di rumah Dewi orang-orang sudah banyak sekali. Pesta ulang tahun pernikahan Didi dan Dewi meriah sekali belum lagi makanannya wow lumayan melimpah. Lezat-lezat lagi. Pesta pun berakhir  jam 12 malem. Badan rasanya ringsek dan mata  berat menahan kantuk.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar