Sabtu, 30 April 2011

Monschau


Dari Drielandenpunkt kami menuju Monschau yang sudah masuk wilayah Jerman. Belum masuk Monschau kita melewati daerah yang masuk wilayah Belgia di tempat ini menggunakan bhs Perancis. rumah-rumahnya pun mengingatkan pada suasana perancis. Daerah-daerah di sini sangat cantik, karena di kanan kiri kita bisa melihat lembah...dengan rumput hijau...bunga-bunga yang mekar, dan sapi yang sedang merumput...rumah-rumah petani yang unik....hm seperti pemandangan di post card atau kalender. Setelah memasuki wilayah Belgia kita memasuki wilayah Jerman, yaitu Monschau. Monschau merupakan salah satu tujuan wisata. Di tempat ini banyak turis mancanegara datang. Tempatnya berlembah dan ada bukit yang tinggi yang mana di tempat ini dinding rumah-rumah penduduk bahkan hotel pun masih sangat khas dengan dinding kayu. Di sini banyak juga toko souvenir, restoran khas jerman yang menyajikan kue khas yaitu apfelstrudel yang lezat. Hari minggu kemaren tempat ini sangat ramai dikunjungi orang. Di sini kita juga banyak melihat orang-orang yang datang menggunakan motor gede, seperti harley, ducati, dan banyak lagi. Dan herannya yang menaiki moge itu bukan hanya orang yang masih gagah, tapi kita juga bisa melihat oma-oma naik moge. Waduh.



Di Monchau ini kita relaks sebentar minum kopi, teh, ice cream...sambil ditemani apfelstrudel yang lezat dengan guyuran saus vanili. Apfelstrudelnya dibuat langsung alias home made. Jadi nunggunya agak lama. Tapi begitu datang lalu disodorkan di meja hm...dalam sekejap langsung ludes. Lezat sekali...apelnya di dalam segar krenyes-krenyes. Setelah melahap apfelsstrudel kita jalan lagi menuju bukit. Di sekeliling bukit kita bisa melihat rumah penduduk yang cantik. Kita terus naik, lewat jalan kecil yang menanjak. Tangga alam yang curam. hm...di Jakarta gak pernah olahraga, napas hampir habis rasanya. Untung sampai juga di atas. wow, pemandangan dari atas bukit...indah sekali. Bangunan-bangunan rumah, puncak gereja, semua yang ada di bawah bisa kita lihat dari sini. Udara pun segar. Tanaman juga indah-indah. Pas di belakang kita duduk di batu-batu cadas, terdapat taman pemakaman yang cantik. Makam-makamnya banyak ditanami bunga seperti tulip dan lainnya. Kok ada pemakaman di atas bukit, duh cukup tenaga untuk mencapai tempat ini.





Dari atas bukit kita turun lagi melewati jalan yang berbeda. Jalan yang ini kanan dan kiri jalan adalah hutan tapi tidak rimbun. Jalannya yang dilalui tangga-tangga sempit dengan pegangan dari kayu....bunga-bunga di sekitarnya sedang bermekaran, menyebarkan wangi yang lembut.  Hmmm.....pengalaman yang luar biasa.  Sungai kecil melingkar di bawahnya. Bunyinya menyejukkan sekali. Walau kaki capek...tapi jadi gak terasa.






Drielandenpunkt

Hangat matahari bersinar dengan sangat cerah.  Temperatur sekitar 22 derajat celsius. Baguslah. Jalan panjang mulai ditempuh....setelah hampir sekitar satu setengah jam, kita berhenti dulu di Drielandenpunkt, daerah perbatasan Belanda, Jerman, dan Belgia. Wow....setelah melihat tempat ini, resto atau cafe dengan kursi-kursi rotan, jalan panjang yang menanjak dan berkelok, uh aku jadi teringat mimpiku dulu. Persis ya persis seperti tempat ini. Aku pikir, dalam mimpi dulu itu adalah daerah Spanyol. Ternyata kok bukan, ternyata di sini di Drielandenpunkt. Uh...mana pernah menyangka akan pergi ke tempat ini?? Mana pernah aku tahu ada tempat namanya Drielandenpunkt???  Dejavu???



pesta Ultah di Amersfoort

Jam 4 sore...kami meluncur ke Amersfoort. Dari zutphen ke Amersfoort kurang lebih satu jam. Di tempat ulang tahun ini sudah banyak juga tamu yang datang. Tamu-tamunya sih kebanyakan saudara si tuan rumah dan relasi atau kenalan baik dari nyonya dan tuan rumah. (orang-orang Belanda, Indo, dan Indonesia). Tampak ketika kita datang tuan rumah sedang membakar sate di halaman belakang. Si nyonya rumah yang bernama Agnes sedang sibuk masak di dapur. Banyak banget anak muda yang dateng, karena yang ulang tahun memang anak muda. Di tempat ini kami disuguhi gado-gado, sate ayamnya besar-besar, bihun goreng, nasi goreng tapi pakai babi, risoles, perkedel jagung, cake pandan, dan masih ada beberapa lagi makanan khas indonesia. Wah melihat yang ulang tahun, jadi pengen balik ke umur 19 tahun. xixixi. Di tempat ini kita sampai jam 9 malam. Setelah itu kembali ke rumah, sampai di rumah sekitar jam 10 malam. Kita harus cepat istirahat alias tidur karena besok pagi mau pergi ke Limburg, tempatnya lumayan jauh dari Hilversum. Limburg ini daerahnya bagus karena berlembah. Paling cepet ditempuh selama 2 jam











Jumat, 29 April 2011

Jalan ke Zutphen

Tanggal 22 Mei aku diajak Indah ke Zutphen.  Karena setiap sabtu biasanya Indah dan suaminya selalu mengunjungi rumah keduanya di Zutphen.  Hari sabtu di Zutphen suasananya benar-benar hidup. Apalagi matahari sedang bersinar dengan cerahnya. Selama hampir 3 minggu di Belanda, rasanya baru hari itu keluar rumah matahari mencorong sedemikian terangnya. Di Zutphen,  Indah dan suaminya membersihkan rumah yang berlantai 3 membersihkan lantai dan kaca-kaca jendela.  Lalu kita jalan ke pasar, untuk membeli bunga lily untuk di rumah, dan buket (karena sehabis dari Zutphen kita akan meluncur ke daerahmersfoort, ke rumahnya temennya Indah, Agnes. yang hari itu anaknya sedang ulang tahun).  Di Belanda kalo kita diundang teman,  aneh banget kalo kita dateng dengan tangan kosong.  Minimal kita harus mampir ke toko bunga  membeli  buket bunga yang cantik untuk tuan rumah.  Di pasar Zutphen, aku juga membeli kroket, tapi bukan kroket yang dari mesin melainkan kroket yang langsung digoreng di tempat jualannya.   Satu buah kroket harganya sekitar hampir 2 euro. Hm...tapi kok rasanya enakkan kroket yang dari mesin ya?? hehe.









Di Zutphen kita duduk-duduk di balkon rumah di lantai dua sambil menikmati matahari. Minum teh dan kue sus, pisang, ada kerupuk juga.  Rumah di Zutphen ini enak juga karena tetangga lumayan dekat. Jadi kalau duduk di balkon bisa saling menyapa para tetangga yang ada di belakang dan di samping rumah.  Sebelah rumah Indah rumah tetangganya besar sekali, padahal hanya ditinggali oleh sepasang suami istri. Bahkan suaminya sering tugas ke luar negeri.  Waduh gak kebayang tinggal sendirian di rumah besar dengan banyak ruangan dan kamar??  Aku mengintip dari balkon, halaman belakangnya banyak ditumbuhi oleh tanaman liar yang sedang berbunga. Cantik tapi serem kalo harus tinggal sendirian







Belanja di Toko Asia Amsterdam

Kamis kemarin kita belanja di Amsterdam di toko cina yang lumayan besar.  Di tempat ini Indah belanja banyak. Mulai dari beras, daun pandan, laos, cabe, bakpao, ketan hitam, kacang hijau, santan kaleng, kerupuk udang, kangkung, singkong, ubi dan masih banyak sampai trolley penuh. Jalan pulang dari Amsterdam  ke Hilversum ternyata macet banget. Waduh gak nyangka sekarang di Belanda juga macet seperti di Jakarta. Sampai di rumah sudah jam 7 malem. Habis makan di meja makan, seperti biasa ngobrol, tapi kok lama-lama udara terasa dingin ya???  Akhirnya jam setengah sembilan naik ke atas tidur. Hari ini gak ada rencana pergi. Mungkin di rumah mau bikin kue mangkok. Nunggu Indah lagi menyelesaikan pekerjaannya. Manasin lemper, manasin marble cake, minum susu. Biar badan sehat dan kuat, wah ternyata kue mangkok gak jadi dibuat hari itu

Keong yang Marah

Ada pengalaman lucu, dia pernah membeli aneka tanaman bunga. Lalu dengan semangat dia tanam di kebunnya. Berharap suatu hari nanti bunga-bunga di kebunnya akan cantik bermekaran dan pasti kebunnya akan terlihat semarak. Tapi apa yang terjadi?  Keesokan harinya, ia melihat tanaman yang kemarin baru ditanam itu habis dimakan keong. Dia kesal sekali.  Kemudian dia ambil ember berisi air panas, lalu keong-keong itu dia masukan ke dalam ember air panas. Eh malamnya, dia mengalami mimpi buruk.  Keong-keong itu mendatanginya. Sejak saat itu, dia membiarkan keong yang memakan tanamannya atau paling tidak keong perusak itu diambil lalu dipindahkan ke hutan. Indah adalah orang yang peka sehingga ia bisa merasakan sakitnya tanaman atau hewan yang teraniaya

Hak Hidup Tanaman

Dari Indah juga aku belajar menghargai hak hidup tanaman. Di teras kebunnya yang ditata dengan batu bata....pada musim semi seperti ini di sela-sela batu tersebut sering ditumbuhi tanaman kecil. Kalau orang tidak "ngeh" itu dianggap tanaman liar yang gak ada guna. Kalau di Indo aku menemukan itu pasti aku sudah cabut lalu aku buang. Tapi Indah lain. Ia mencabuti dengan hati-hati tanaman-tanaman itu lalu ia pindahkan ke lahan yang lain. Dia sangat telaten mencabut lalu menanam kembali tanaman liar yang tumbuh di sela-sela batu itu. Selain itu...bila ada tanaman yang sudah lebat dan harus digunting, ia tak pernah membuang guntingannya. Ia selalu menanam kembali batang yang telah digunting itu ke tempat lain. "Gak tega membuang tanaman. Kan tanaman juga punya hak hidup," katanya.

Belajar dari Lingkungan

Kemaren Indah masak ca brokoli dan tahu, buncis dan wortel direbus, juga kentang, tapi nasi tetap ada. Cuaca makin hari makin hangat.  Matahari mulai sering bersinar. Sore hari masih terang benderang, seperti jam dua belas waktu di Indo.  Kita duduk-duduk di kursi meja kebun yang menghadap ke hutan sambil minum kopi ditemani marble cake dan pisang goreng.  Wah nikmatnya.  Burung-burung berkicau berlompatan di dahan pohon.  Daun-daun hijau cerah. unga-bunga bermekaran.  Sungguh pemandangan yang indah.  Hawa pun segar dan bersih.  Sudah lama aku tak merasakan keindahan seperti ini. Terima kasih, Tuhan pencipta alam semesta.








Selama aku tinggal di sini, aku banyak belajar.  Mulai dari hal-hal yang praktis seperti kebersihan (di sini walau setiap rumah tidak ada pembantu, tapi rumah selalu dalam keadaan bersih dan rapi). Dua hari sekali kamar mandi dibersihkan bahkan lantai kamar mandi bisa dilap pakai tissue, saking kering dan bersihnya.   Wastafel sampai krannya pun mengkilap. Tapi yang belum biasa bagiku, handuk yang baru dipakai langsung dipakai untuk keset.

Kamis, 28 April 2011

Bertandang ke Rumah Dewi



Karena matahari bersinar terang...aku diajak pergi centrum dengan mengendarai sepeda. Hari itu adalah hari pertama naik sepeda ke kota. Sepeda di sini punya jalur tersendiri yang ada di    sebelah kanan dan diberi warna merah.  Nyaman sekali rasanya bersepeda di Belanda. Badan sehat dan tidak harus mengeluarkan uang untuk ongkos atau bensin.  Hari itu aku lumayan ngos-ngosan bersepeda ke centrum.  Karena jalannya nanjak. hu hah hu hah. Tapi akhirnya sampai juga. Setelah ke centrum aku diajak ke rumah temennya Indah yang tinggal di daerah deket centrum, namanya Dewi yang bersuamikan orang Indonesia, namanya Didi Ramlan.  Dewi memiliki 3 orang anak. Di tempat ini kami disuguhi onde-onde yang legit buatan Dewi, lumpia isi tauge dan tahu, selain itu Dewi juga memasak tempe cabe ijo plus pete.  Pete dia beli di toko Indonesia di  Amsterdam.  Di toko ini nyaris semua makanan Indonesia tersedia lengkap.  Tapi bukan berarti di Hilversum gak ada toko yang menjual bahan makanan Indonesia.  Di Hilversum juga ada namanya toko "Garuda Mas", tapi kalau hari senin toko ini tutup. Selain toko "Garuda Mas" ada juga toko cina namanya, "Mee Sin"  yang adanya di dalam pertokoan Hilversum.  Di toko "Mee Sin" ini temanku biasanya hanya beli pisang tanduk untuk dibuat pisang goreng, tempe, dan beberapa bumbu lainnya. Bertandang di rumah Dewi dari mulai jam 3 siang, tanpa terasa hari semakin gelap, tau-tau udah jam 12 malam.  Wih...  pulang harus genjot sepeda.... Balik ke rumah malam hari, gelap, dan dingin. Waduh ini juga pengalaman pertamaku. Sampai rumah rasanya badan jontor gak karuan.





 Di sini jika tidak  ada plan pergi keluar biasanya ya di rumah. berkebun, bikin pisang goreng lalu ngeteh  atau ngopi dan makan   di meja kebun sambil memandangi hutan dan menikmati sinar matahari yang hangat.  Seperti kemaren kita hanya keluar sebentar ke toko yang tidak terlalu jauh dari rumah untuk beli roti dan teh. Tidak jauhnya toko di sini masih tetep jauh dibanding toko atau warung yang ada di Indo yang biasanya bisa dicapai hanya 50 meter atau 200 meter.





Keukenhof, Taman Surga Bunga



 Hari sabtu sangat cerah tanggal 14  Mei kami berencana mau melihat bunga di Keukenhof. Dan ternyata besok minggu adalah hari terakhir Keukenhof ditutup. Keukenhof memang dibuka hanya sebulan. Dengan mengendarai mobil jam 9 pagi kami meluncur menuju Keukenhof.  Perjalanan memakan waktu kurang lebih sejam. Keukenhof terletak di daerah Lisse. Memasuki kawasan Keukenhof,  aku sudah bisa melihat pematang yang luas….yang isinya adalah tanaman bunga. Rumah-rumahnya yang cantik dengan pemandangan di belakang rumah  pematang bunga tulip yang luar biasa indah. Duh sampai speechless.

 Memasuki kawasan taman bunga…terlihat parkir mobil yang padat. Mereka kebanyakan adalah turis asing.  Memasuki kawasan Keukenhof…wow mata terbelalak bunga tulip aneka warna dan jenis tertata indah. Bukan hanya tulip yang aneh-aneh, tapi juga aneka jenis bunga lain seperti lily, narcis, iris, dan masih buanyak lagi. Semuanya terhampar indah.  Serasa dalam surga penuh dengan wangi dan warna-warni bunga. Memasuki Keukenhof kita harus membayar tiket persatu orang dewasa 16 euro. Di sini bukan hanya mata kita dimanjakan oleh keindahan aneka bunga tapi juga aneka orang dari berbagai bangsa yang semua ingin menikmati taman yang jadi andalan negeri Belanda ini




Pasien

 Kalau sedang tidak ada jadwal keluar rumah, biasanya Indah mengajak berkebun. Tapi paling senang jika melihat pasien yang datang. Karena dari mereka kita bisa berkaca dan mendapatkan pengalaman yang berharga. Seperti waktu itu ada ibu-ibu orang Maroko datang bersama anak perempuannya. Si ibu bertubuh gemuk dan kelihatan dari wajahnya sudah tua. Padahal usianya baru 50-an. Ia tampak letih. Dan memang setelah dipijat, ketahuan si ibu tidak lagi memiliki semangat hidup. Karena beban hidup yang berat. Dia punya banyak anak sementara penghasilannya tidak seberapa. Dia pun menghadapi dilema. Walau sudah lama tinggal di negeri Belanda, tapi si ibu tetap tidak bisa bahasa Belanda. Pijat dan relaksasi membuat si ibu merasa lebih ringan. Penyakit psikis yang dirasakan mulai berkurang dan itu membuat langkahnya pun jadi lebih enteng. Jalannya pun bisa lancar

Mampir ke Zwole



Kemaren aku juga diajak ke ulang tahun anaknya teman  (Evie) di daerah Zwole (satu jam dari Hilversum). Daerah tempat tinggalnya merupakan daerah pemukiman baru.  Kompleks perumahannya lumayan hangat. Karena yang tinggal kebanyakan orang-orang muda dengan anak yang masih kecil. Gaya rumahnya pun minimalis dengan kebun di belakang. Di tempat ini aku melihat yang datang perempuan-perempuan Indonesia yang menikah dengan pria belanda. Mereka datang bersama anak-anak mereka yang rata-rata masih kecil. Suasananya ramai. Bahasa Indonesia dan Belanda campur aduk. Tuan rumah menyediakan berbagai makanan Indonesia seperti sayur lodeh, rendang, cumi pedas, opor, dan yang lain. Mereka datang dari berbagai tempat ada yang dekat Zwole tapi banyak juga yang datang lumayan jauh. Ibu-ibu dan suami-suami mereka ngerumpi sementara anak-anak mereka bermain. Pulang dari tempat ulang tahun, masing-masing anak diberikan goody bag



Ke Rumah Aminah


 Lalu di hari lainnya aku juga diajak ke tempat Aminah dan suaminya Dick, yang  tinggalnya masih di daerah Hilversum. Jam delapan malam, kami bertiga jalan kaki  ke rumahnya Aminah. Wah walau masih di daerah yang sama tapi bukan berarti dekat.  Tapi lumayanlah untuk olah raga.  Kami melewati jalan alternatif menyusuri pinggir sungai yang asri. Sampai di rumahnya kami disambut dengan ramahnya.  Secangkir teh, kopi, dan wine langsung tersuguh di meja. Waduh lumayan, abis kedinginan dan capek di jalan. Aminah rajin menanam, aneka bunga dari anggrek, tulip, rondodendron, narcis…lily of the valley semua tertata apik di kebuh depan dan belakang rumahnya. Aminah yang berasal dari Cirebon diboyong oleh Dick ke Belanda ini sudah puluhan tahun. Tapi dia sering sekali pulang ke kampungnya di Arjawinangun, malah nyaris tiap tahun. Katanya di desanya enak, tiap pagi bisa jalan-jalan di sawah walau itu sawahnya orang. Terus ketemu ibu dan banyak sodaranya.  Aminah logat sundanya masih sangat kental. Dia pandai membuat sambal terasi. Sambal terasinya mantap banget, karena terasinya langsung dibawa dari kampungnya di Cirebon.



Main ke Rumah Listri di Amersfoort



Kemaren aku diajak indah mengunjungi temannya yang tinggal di daerah baru, semacam real estate, di kota Amersfoort.  Rumahnya bergaya minimalis.  Listri adalah perempuan Indonesia yang menikah dengan laki-laki Belanda bernama Hans, memiliki 3 orang anak. Listri sudah tinggal di negeri belanda 17 tahunan. Kami bertandang ke rumahnya jam 9 malam (waduh kalau di Indo gak sopan bertamu jam segitu). Jika kita bertamu di sini biasa kita ditawari mau minum, kopi, teh, jus, atau wine. Lalu ditemani biskuit sepiring kecil, kacang semangkuk kecil, atau  sepotong cake. Listri sangat antusias mau mengajak liburan bersama anak perempuannya yang sudah remaja ke Indonesia. Dari obrolan dengannya banyak sekali tempat-tempat di Indo yang mau didatanginya. Maklum, katanya anaknya belum pernah ke Indonesia.  Dari mulai tempat wisata di Jakarta, Bandung, Banten, Jogja, Malang,  Bali sampai ke Pontianak akan dijabaninya dalam  waktu 3 minggu. Waduh bisa gak tuh yaa???  Listri dandanannya sangat chic, rambut dan cara berpakaiannya juga netjes. Suaminya Hans bisa sedikit-sedikit bahasa Indonesia. Dan Hans suka sekali dengan makanan Indonesia. Ngobrol kesana kemari…sambil kadang mata menahan kantuk. Akhirnya jam 12 malam kami pamitan pulang. Biasanya jam 9 malam waktu Indo aku udah tidur di sini harus membiasakan diri tidur jam 1 malam atau jam12. Walau kadang jam 9 juga udah ngantuk berat.


Jalan-jalan Ke Laren dan Baarn



Saat matahari mulai bersinar…dan hari sedikit terasa hangat, Indah mengajakku jalan-jalan alias wandelen ke kota Laren dan Baarn. Aku selalu suka melihat kota Laren. Dan Laren konon termasuk kota elite alias daerah mahal. Kotanya kecil, bangunan rumahnya indah dan lucu-lucu.  Begitu pula centrumnya dengan toko-toko branded mungil: butik tas, pakaian, furniture, buku,  restoran,  yang semua tertata apik, seperti dalam cerita dongeng HC Andersen. Di tempat ini terdapat restoran poffertjes yang selalu banyak dikunjungi orang. Poffertjes dan wafel di resto ini dibuat dengan peralatan masak yang sudah sangat kuno dan tetap dipertahankan sampai sekarang.  Itulah mungkin salah satu daya tarik kedai ini, gayanya pun tempo doeloe banget. Koki dan pramusajinya memakai pakaian seragam berwarna putih. Kebanyakan pramusajinya anak-anak muda, yang mungkin bekerja  paruh waktu di tempat itu untuk mencari tambahan uang jajan. Jika sedang ramai, banyak pengunjung yang harus mengantre untuk menikmati poffertjes maupun wafel di tempat ini. Kedai ini  bukan hanya menyuguhkan sajian yang nostalgik tapi memang rasa poffertjes lezat sekali. Apalagi jika dinikmati dengan secangkir teh atau kopi. Setelah menikmati poffertjes dan secangkir teh…aku jalan-jalan melihat telaga di depan kedai dengan air mancur dan bebek-bebek yang cantik berenang di dalamnya. Banyak keluarga yang menikmati pemandangan di telaga ini. Aku melihat ada dua keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri dan anak-anaknya. Mereka bermain lempar tangkap telor ayam. Telor ayam di lempar dari seberang telaga lalu ditangkap dengan jaring jaket yang direntangkan. Kadang telor berhasil masuk dengan selamat dalam jaring jaket, tapi seringkali gagal dan telor pecah berhamburan. Wah ada-ada aja orang sini cari hiburan.




 Ke Baarn
Setelah dari Laren, kami menuju Baarn. Di tempat ini terdapat kasteel dengan taman yang sangat luas. Kalau di Indonesia gaya penataan tamannya mirip dengan istana  Bogor. Dulu yang punya kasteel ini orang yang sangat kaya raya. Di tamannya bukan hanya taman yang sangat luas, sungai, juga ada padang rumput dengan sapi-sapi yang gemuk. Gak kebayang si meneer pemilik kasteel ini dulu kerjanya apa ya?? Jangan-jangan dia ngeruk kekayaan ini dari Indonesia??   Masih di pekarangan luas dalam kasteel ini, ada tempat khusus menanam sayuran, bunga, dan tanaman bumbu. Katanya sih, bidang tanah yang ini memang  disewakan kepada orang yang memang ingin berkebun tapi mungkin di rumahnya tidak memiliki cukup lahan untuk berkebun. Di Belanda sini banyak sekali orang yang menyewa lahan sepetak atau dua petak di luar kota untuk  berkebun sayur mayur atau bunga.  Hasil kebunnya bukan untuk dijual atau komersil tapi untuk dinikmati sendiri. Hidup sehat, menanam sayuran sendiri dengan pupuk dari alam. Groenten biologische banyak diminati orang-orang sini.