Selasa, 26 April 2011

Bandara Soetta

Karena terlalu menggampangkan dan ceroboh, aku harus menanggung akibatnya. Semua jadi serba terburu-buru dan panik.Sejak dapat elektronik tiket, aku tak pernah mengecek dengan seksama jam berapa keberangkatan pesawat Jakarta-Kuala Lumpur. Tiket hanya dilihat sepintas. Dalam pikiranku, pesawat pastinya berangkat jam 20.00. (seperti biasanya keberangkatan dengan pesawat KLM. hehehe. Aku pukul rata mau naik MH atau pesawat apa pun akan berangkat jam 20.00. Gila bener deh!). Karena itu, rasanya cukup waktulah bila aku berangkat ke bandara jam 5 sore.  Rencananya hari itu, teman adikku akan mengantarkan ke bandara.  Sudah jam 4 sore, yang menjemput belum juga datang. Adikku bertanya, “Emang pesawat berangkat jam berapa?”.   Dug! Dari situlah aku baru tersadar.  Lalu melihat tiketku. Ya ampun, pesawat berangkat jam 18.30.!!!! Alamak!!!!   Masyaalah!!! Jam 4 sore aku masih di rumah!!  Aku mulai panik. “Ah sampai gak ya, ke bandara??” jantungku mulai berdetak cepat.  Padahal Jakarta setiap sore pasti macetnya bukan main. Untung gak lama kemudian, yang menjemputku datang. Dengan ngebut dan pasrah…aku meluncur ke Cengkareng.  Di mobil aku sih udah  pasrah.

Bandara
Sampai bandara sudah jam. 18.00. Wah duh …mampus nih. Belum check-in, bayar fiskal, isi kartu imigrasi, ngantre di imigrasi, jalan jauh ke  pintu pesawatnya. Gila banget.  Cukup gak ya waktunya??? Sampai di tempat check-in, 2 koporku ditimbang. “37 kilo, bu! Kelebihan 17 kg,” kata petugas.  “Apaaaa???? Lebih 17 kilo??” aku makin panik. “Loh bukannya jatahnya 30 kilo?,”  jawabku dengan kepanikan yang menjadi. “Coba deh, liat tiketnya,” kata si petugas lagi.  Tiket pun di cek olehnya. “Tuh kan, bu…ini tertulis 20 kilo,” katanya lagi sambil menunjuk ke tiketku. “Ya…jadi saya harus bagaimana nih? Kasih saya keringanan dong. Masa…harus saya bongkar lagi ini koper? Kan gak mungkin. Pesawat saya bentar lagi berangkat,”  aku sudah makin panik.  “Gak bisa, bu. paling saya hanya bisa ngasih keringanan 7 kilo,” jawabnya dengan tegas.  “Ya udah deh, jadi saya harus bayar berapa?” kataku dengan deg-degan..  “Ibu harus bayar USD 390,’ katanya lagi.  Dueengggg. Rasanya kayak disamber petir mendengarnya. “Saya gak punya dolar segitu. Pake rupiah bisa gak?” kataku. Saking paniknya aku juga lupa kalau  rupiah pun aku gak punya sejumlah itu. “Ibu punya kartu kredit gak? Kalo punya pake kartu kredit aja,” kata si petugas itu lagi. Masyaallah aku baru ingat, mengapa primitif banget cara berpikirku. Akhirnya aku sorongkan dengan berat hati kartu kreditku. Sebenarnya aku paling benci dengan kartu kredit, Tapi ternyata dalam keadaan seperti ini, berguna juga.  Oh, beginilah….kalo orang ceroboh. Pelajaran berharga untukku. Mahal…bener-bener mahal untuk kocek seorang traveler ‘miskin’ sepertiku.

Dalam Pesawat MH
Dengan tergopoh-gopoh akhirnya aku masuk ke badan pesawat. Aku duduk di samping jendela. Isi pesawat tidak terlalu penuh. Di kursi pesawat, aku tidak dapat membayangkan…bagaimana rupa Belanda sekarang? Terakhir 15 tahun yang lalu aku pergi ke sana.Pesawat dari Jakarta - Kuala Lumpur penumpang gak terlalu banyak. Masih banyak kursi yang kosong. Rasanya sepi. Sendiri... Makanan di pesawat MH 722K  terdiri atas fish curry, rebusan labu siam dan wortel, lapis surabaya, minuman aqua, Beng-Beng Hazelnut plus segelas orange juice.  Makanan standar pesawat. Gak ada rasanya. Hambar.Sekitar 1,5 jam pesawat landing di bandara KL. Setelah menunggu kurang lebih 3 jam, lalu jam 23.55 pesawat pun lepas landas menuju Amsterdam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar