Selasa, 17 Mei 2011
Kangen.
Tiba-tiba ingat puisinya WS. Rendra yang ciamik. Kangen ibu dan bapakku.
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
Menghadapi kemerdekaan tanpa cinta.
Kau tak akan mengerti segala lukaku
Karena luka telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
Itulah berarti aku tungku tanpa api.
Senin, 16 Mei 2011
Berkunjung ke Amersfoort
Tak lama setelah itu, hari itu aku gak mandi, kita pergi ke Amersfoort. Di sana kita akan bertemu dengan Eci, perempuan asal Maluku yang menikah dengan pria Belanda. Eci orangnya ramah. Rambutnya panjang keriting. Suasana rumahnya terasa hangat. Halaman belakang yang biasa bagi orang Belanda dijadikan kebun dibuat suasana seperti cafe di Bali dengan sofa dari rotan dan bantalan yang empuk. Pot-pot bunga dan lilin. Eci mengundang kita dan dia menyajikan barbeque. Dia membuat salad sayur dan salad kentang. Tak lama kemudia datang lagi temennya Eci bernama Dewi dan 3 orang anaknya. Dewi membawa daging babi yang sudah dibumbui. Jadilah 3 macam daging untuk barbeque: ayam, kambing dan babi. Suasana jadi meriah, karena tak lama kemudian datang lagi temen mereka yaitu Herna yang juga menikah dengan pria Belanda. Suami Eci yang seharusnya masih ada kerjaan di luar, lalu datang untuk membantu membakar daging. Dia juga yang sibuk cuci piring setelah makanan selesai. Suami Eci yang bertubuh tinggi ini orang Belanda yang amat suka dengan lagu-lagu Indonesia. Koleksi cd-nya kebanyakan lagu-lagu Indonesia, mulai dari Sheila Majid, Marcell, Utha Likumahua...wah banyak sekali. Katanya Eci, dulu waktu musim kaset, kalo pulang dari Indonesia dia bisa membeli kaset sebanyak 70 biji untungnya di imigrasi gak diperiksa. Eci punya seorang anak laki-laki yang wajahnya lebih dominan ke ibunya. Kulitnya pun gelap dengan rambut kribo seperti Michael Jackson. Rumah-rumah di Belanda sungguh menarik bagiku. Setiap daerah beda-beda. Walau pun kecil-kecil tapi bentuknya cantik dengan pembagian ruangan yang sangat efisien.
Sehabis makan, aku diajak jalan melihat centrumnya Amersfoort. Karena hari sudah menjelang malam jadi toko-toko sudah tutup, tapi cafe dan resto masih banyak yang buka. Di Amersfoort ini juga ada benteng yang dulunya mungkin untuk membentengi kota itu. Di dalam benteng itu banyak kita temui bangunan rumah yang sudah berusia ratusan tahun dan masih terawat dengan baik. Ada yang masih dihuni tapi ada juga yang sudah dijadikan toko atau cafe. Di centrum ini juga ada gereja dengan menaranya yang tinggi yang konon merupakan tengah-tengah dari kota Nederland. Di alun-alun centrum ini banyak orang yang menikmati makanan dan minuman di teras cafe atau restoran. Walau hari terus beranjak gelap kami terus berjalan menyusuri jalan dan gang yang rasanya sulit untuk diucapkan, begitu indah dan menarik
Belanja yuk belanja.
Pagi kemaren sekitar jam 9.30 kita berencana mau ke pasar kaget di Hilversum. Pasar seperti ini memang hanya ada di hari Rabu dan Sabtu letaknya deket centrum. Bangun pagi aku langsung minum teh (kebiasaan selama di sini dan aku biasa minum teh sosro yang aku bawa dari Jakarta) lalu makan roti habis itu aku ganjal lagi dengan minum segelas susu untuk bahan bakar menggenjot sepeda. Pagi itu cuaca sangat cerah. Matahari bersinar dengan terang. Udara pun terasa hangat. Hari seperti ini orang-orang di sini sudah melepas jaket dan syalnya, tapi aku masih harus memakai jaket dan syal untuk menghalau angin. Karena cuaca sangat indah ntah bagaimana juga mempengaruhi mood. Selama hampir sebulan di sini aku sudah mulai mengetahui slag menggenjot sepeda. Aku tidak lagi terlalu bersemangat di awalnya, tapi sepeda kugenjot pelan tapi konstan. Sepeda yang aku naiki memang ada verseneling otomatis. Kadang suka ngeri juga ketika sampai di jalan dengan mobil di sebelah kiri dan jalur sepeda sempit hanya kurang lebih 5 jengkal dan itu pun juga masih harus berbagi dengan sepeda-sepeda lain. Aku suka takut jatuh juga.Tanpa terasa kita sampai di pasar. Pasarnya memang baru buka. Di pasar sini dijual aneka bunga dan bunganya pun tergantung musimnya. Selain itu juga ada tanamanan, mulai dari tanaman sayur, bumbu-bumbu sampai jagung manis yang semua dijual dalam ukuran yang masih kecil, mungkin baru sejengkal tangan. Selain itu di pasar ini juga banyak digelar pakaian, t-shirt, celana panjang dengan versi pasar tentunya. Aneka pernik tanaman dan bunga seperti keranjang rotan, vas bunga, aneka lilin dan tempatnya yang cantik, lampu taman. Wah sepertinya orang-orang Belanda suka sekali pernik seperti ini. Keranjang rotan itu di cat warna putih atau abu-abu. Selain itu ada juga pedagang ikan, keju, buah-buahan. Dan yang menurutku unik ada salah satu pedagang asal Suriname yang menjual singkong (dengan masih ada kulitnya sementara kalo beli di supermarket besar singkong sudah dikupas dan dikukus lalu dibekukan), lalu ada labu, ubi, oyong, sayuran, pokoknya dagangan yang dijual oleh orang Suriname ini bener-bener seperti yang biasa kita liat di Indonesia. Di kedai pak Suriname ini Indah membeli ubi. Hari itu Indah juga membeli 2 potong nanas yang sudah dikupas seharaga 1 euro lebih (dulu katanya nanas ini termasuk buah tropis yang eksklusif tapi sekarang sudah tidak lagi), beli buah stroberi, lampu taman dan lilin untuk diberikan kepada temannya di Amersfoort. Ia juga membeli asparagus dan beberapa tanaman sayur. Keranjang sepedanya di kiri kanan penuh dengan barang belanjaan. Kita pun meluncur pulang. Sampai di rumah kok kepala kliyengan ya??? Ah akhirnya bikin teh anget lagi dan makan pisang. Ditambah lumpia yang dimakan dengan sambal botol. Hm...yummy!
Ke hutan yang cantik
Hari ini belum ada rencana. Mungkin nanti jalan-jalan aja ke hutan. Hari ini masih dingin aja. Mendung masih saja menggayut di langit. Udara yang dingin membuat malas mandi. Barusan makan sedikit nasi, karedok, dan pepes ikan sisa pesta kemaren di Hoorn, tapi enak juga loh. Jika matahari tidak muncul suasana hati jadi gloomy. Gak kebayang selama 8 bulan merasakan hari tanpa matahari???Tadi pagi iseng ...setrika baju. Setrikaan gak banyak. Habis selesai setrika terus mau ngapain yaaa??? Kok gak ada ide gini???? Matahari keluar masuk aja. Sebentar terang, sebentar hilang. Hilang datang hilang datang. Di sini memang cuaca sering berubah. konon yang pasti hanya 3 yaitu: angin, dingin, dan hujan.Melihat Indah tinggal di pinggir hutan. Hutannya sangat bersih tak ada sedikit pun sampah yang terlihat. Pohon yang rubuh melintang pun tak kita temui. Jika kita akan memotong dahan pohon biasanya kita minta jasa pemotong pohon yang memang memiliki keahlian khusus. Jasa mereka memang gak murah. Misal, kata indah, untuk memotong satu batang pohon aja, tarifnya 1.700 euro, tapi peralatan mereka sangat canggih dan rapi. Setelah mereka bekerja memotong pohon tak ada kotoran atau sisa dahan pohon atau daun yang tersisa
Hari itu cuaca mulai bagus. Aku berniat untuk jalan-jalan sendiri ke hutan. Aku berjalan menyusuri jalan mengikuti langkah kaki. Kadang di jalan aku temui orang-orang yang naik sepeda mau pergi ke sekolah ke tempat kerja atau sekedar berjalan-jalan menikmati cuaca yang cerah. Sampai kutemui lapangan golf di tengah hutan, padang gandum, rumah penjaga hutan yang cantik, sungai yang bening ( selokan lebih tepatnya) dengan bayangan pohon yang membayang di airnya yang jernih, bebek-bebek yang berenang di air, burung-burung, bahkan kuda-kuda di lapangan rumput yang hijau. Hm seperti di negeri dongeng cerita HC Andersen. Aku senang sekali bisa menemukan keindahan ini dan aku sangat berterima kasih pada semesta bisa melihat semua ini. Semakin jauh semakin jauh aku melangkah sampai akhirnya aku tersadar takut kesasar pulang. Akhirnya kusudahi petualanganku masuk ke hutan pagi itu. Esok aku berjanji akan kembali menyusurinya
Mampir Ke rumah Ida di Benningbroek
Dari tempat tinggal Irma kita melaju lagi ke rumah Ida di Benningbroek. Rumah Ida terletak di pinggir jalan, di seberangnya padang rumput tempat kuda-kuda merumput. Di tempat ini dia hidup sendiri karena suaminya sudah meninggal. Kebun di belakang rumahnya luas sekali dan bagus. Rumahnya sendiri sangat kuno. Loteng atau lantai atas rumahnya seperti dalam film-film horor, gelap dan masih tercium ruangan yang tak berpenghuni. Di loteng itu tersimpan barang-barang kuno peninggalan orang tua suaminya Ida. Bahkan di sana masih tersimpan boks bayi bekas suaminya Ida waktu kecil. Huh gak kebayang usia boks itu udah 86 tahun! Lantai loteng terasa hangat karena terbuat dari kayu. Tanah di rumah Ida kelihatan subur karena bunga peony tumbuh dengan bagusnya. Di sini aku baru tahu yang namanya bunga Peony, orang Belanda menyebutnya Peon Rose, sangat indah dan harum baunya. Sayang hari sudah mulai gelap, sudah jam 11 malam. Aku tak bisa mengeksplore halaman belakang rumah Ida yang luas. Kita pun pulang. Dalam perjalanan pulang aku sempet tertidur di mobil. Sampai rumah udah ngantuk, tapi herannya pas udah naik ke atas dan berada di tempat tidur kok mata gak bisa dipejamkan?? Akhirnya tidur bangun tidur bangun. Jam 2 pagi gak terasa bablas juga, bangun-bangun jam 7.40 pagi.
Minggu, 15 Mei 2011
Pesta di Hoorn
Hari minggu ini ramalan cuaca mengatakan akan hujan. Dan memang dari pagi ujan sudah mulai turun. Pagi-pagi aku bikin misro, tepung singkong yang didalemnya diisi gula merah. Enaknya di sini singkong gak usah marut. Karena udah banyak dijual singkong yang udah diparut dan kelapa yang juga udah diparut, jadi tinggal campur aja dikasih garam sedikit plus air lalu dipulung dikasih gula merah di dalamnya lalu digoreng beres deh. Indah bikin moschou yaitu tart yang banyak disukai orang-orang Belanda. Caranya simpel, krem dan gula dikocok lalu masukkan keju buat kue terus dikocok pelan hanya untuk tercampur rata aja. Lalu biskuit marie yang udah dihancurkan di taruh di loyang sebagai dasar dan adonan yang tadi diletakkan diatasnya lalu disemir dengan moschou kaleng (seperti selai dengan buah ceri yang masih utuh) lalu diamkan di dalam kulkas. Sekitar jam satu siang kita berangkat ke Hoorn kurang lebih satu jam dari Hilversum. Perjalanan walau hujan tapi cuaca lumayan terang. Di jalan kita banyak menyaksikan orang-orang bersepeda, berkano, atau jalan kaki walau hari hujan. kok gak takut masuk angin ya?? Kata indah, yaa...daripada mereka sumpek di dalam rumah mending mereka ke luar rumah walau hujan turun. perjalanan dari hilversum ke hoorn walaupun memakan waktu satu jam tapi hampir tidak terasa. karena gak ada macet dan jalanan mulus, dan pemandangan bagus. Sampai di sana (nama jalannya De Wieken) tuan rumah sudah menyiapkan banyak makanan seperti sate ayam dan kambing lengkap dengan bumbu kacang dan sambal kecap tomat, jeruk nipis, dan cabe rawit juga tahu taoco, kering tempe, karedok yang rasanya yummy, lambchop...wah lekker. Tapi semua itu gak bisa langsung disantap, kita masih harus menunggu jam makan malam yaitu sekitar jam tujuh malem. Sementara perut udah keroncongan. Untuk ngeganjel perut akhirnya disumpel aja dulu dengan teh. Segelas teh tandas tambah lagi. Bosen minum teh ganti dengan segelas jus orange plus sebuah martabak telor dan 2 biji misro yang dibawa dari rumah. Saat itu udara terasa rada dingin. Oh iya rumah Irma ini bergaya rada modern. Hal itu bisa dilihat dengan banyak sentuhan stainless steel. Isi rumah tertata apik. Aku sempat melihat kamar mandi tuan rumah yang terletak di lantai atas, sungguh perfect! Dan yang mengagumkan lagi ternyata semua itu dikerjakan sendiri bersama suaminya. Suaminya Irma membuat sendiri lampu dan kran dari stainless steel. Hebat euy semua orang di sini (mungkin karena terpaksa) jadi banyak yang pandai menukang. Eduuunnn.Hari tu udara begitu dingin.Untuk mengusir dingin, aku coba ikut-ikutan bakar sate dan lamb chop. Lmayan hangat walau baju bau sate. Wah makan di sini sungguh lekker, maklum yang bikin ibu-ibu jago masak. Ngobrol punya ngobrol gak terasa waktu sudah menujukkan jam 10 malam.
Ulang tahun Aminah
Hari ini tadinya mau ke Zutphen, tapi gak jadi. Karena Indah capek. Akhirnya kita di rumah aja. Aku bantuin setrika pakaian yang tidak terlalu banyak, sambil menghangatkan badan. Indah mengepel, bersihin kamar anaknya, ngelap kaca, bersihin pintu-pintu. Waduh aku jadi gak enak nih. Nanti siangan mau ada rencana belanja di Kerkelanden dan melihat pasar malam kecil di daerah Hilversum terus sorenya ke ulang tahun temennya Indah, namanya Aminah. Akhirnya kita gak jadi belanja di Kerkelanden, tapi di Centrum. Belanja naik sepeda jalan menanjak menuju centrum membuat napasku tersengal-sengal. Karena masih saja belum terbiasa hehehehe. Di Hilversum sempet melihat bazaar ( bazaar on the street). Ada yang jualan baju, makanan, sepatu, hiburan, sampai mainan anak-anak seperti merry go around dan tornado tapi versi ringannya. Bazaar di gelar di sepanjang jalan deket centrum. Sehabis dari situ aku dan Indah belanja di Albert Heijn (Hero-nya Belanda), yang ada di mana-mana di negeri Belanda. Pulang dari belanja....weleh kok cape banget yak.
Sore sekitar jam 5 sore, kita berangkat naik sepeda ke rumah Aminah padahal paha belum selesai pegelnya en kepala rada kliyengan bow! Sebelum genjot sepeda aku makan pisang dulu untuk nambah energi. Perjalanan ke rumah Aminah awalnya memang datar, tapi agak lama jalan mulai menanjak hehe ...genjotan yang tadinya semangat mulai melemah. Napas ngos-ngosan. ...hehe, kalau mau mengaso itu bukan cara yang bagus. Karena sepeda ini makin digenjot sebenernya makin ringan. Ah...akhirnya sampai juga di rumah Aminah,tamu-tamu udah mulai berdatangan. Ada yang datang naik mobil ada juga yang naik sepeda. Aku melongok di dapur, makanan banyak sekali. Bikin ngiler ada bami goreng, ayam panggang, nasi kuning, dan banyak lagi, tapi dari semua yang paling menggoda adalah sambal terasi yang kelihatan sangat menggiurkan. Pertama datang kita ditawarkan aneka tart atau cake lalu seperti biasa, kopi atau teh, wine atau bir. Kopi dan teh biasa disajikan dengan susu, tapi bisa juga tidak, sesuai selera aja. Jam makan malam biasanya dimulai jam 7 malam. Menurut ramalan cuaca memang hari itu akan hujan, tapi untungnya pas sampai situ hujan baru turun. Tamu yang tadinya duduk di teras belakang menghadap kebun, lalu pindah ke dalam. Suasana jadi rame dan meriah. Oh iya kebanyakan yang datang adalah teman-teman tuan rumah yang rata-rata beristrikan orang Indonesia sementara suami mereka orang Belanda atau Indo Belanda, tapi ada juga yang beristrikan orang Jepang. Dari situ aku mengenal banyak karakter orang. Ada yang suka bicara blak-blakan dengan topik yang vulgar, ada yang lebih lembut dengan pembicaraan yang lebih dalam. Semua orang itu akhirnya nanti akan terseleksi sendiri. Di dalam pertemuan itu aku mengenal sosok wanita Jepang bernama Keiko yang bersuamikan orang Belanda. Sebelum tinggal Belanda ia pernah tinggal di Inggris. Seperti layaknya wanita Jepang, Keiko sangat santun. Bicara dengannya sangat menyenangkan. Dia cerita, bahwa cuaca di Belanda ini membuatnya depresi. Karena 4 bulan cuaca enak, lalu yang 8 bulan cuaca gak bagus dan itu membuatnya depresi. Saat ini dia sudah tinggal di Belanda selama puluhan tahun. Dulu, katanya pertama kali ke Belanda...dia merasa senang. "karena saya kan masih muda, tapi sekarang 'mata' saya berubah. Saya merasa gak bahagia," katanya. "Dua kaki saya seperti berjalan tak seiring yang satu menapak di Belanda sedang yang satu lagi di Jepang. Lama-lama saya capek makanya suatu hari nanti saya mau pindah dari sini," katanya. Keiko berubuh kecil dengan rambut pendek. "Dulu rambut saya panjang dan suka dikelabang. Orang menyangka saya orang Indian dari Amerika Selatan. ....hehehe." katanya sambil tertawa. Kalau dilihat-lihat Keiko memang seperti orang Indian. Keiko mempelajari reiki untuk mengobati diri sendiri. Sejak dia belajar reiki katanya intuisinya jadi makin tajam.
Oh iya, di sini aku juga bertemu dengan orang Indonesia berdarah Ambon, namanya Paul, yang baru saja menikah dengan wanita asal Indonesia. Istrinya seorang dokter gigi. Paul sebelum menikah dengan Sisca, nama istri barunya, telah memiliki 2 orang anak dari istri pertamanya yang sudah meninggal. Sisca sangat peduli dengan masalah pendidikan. Di Belanda yang kata Sisca, disiplinnya kurang bagus. "Bayangin, anak berangkat sekolah lalu gak lama kemudian sudah pulang, karena gurunya tidak masuk. Jadi setiap hari kita harus buka email untuk menge-cek apakah hari itu ada pelajaran tau tidak. Karena guru bisa aja tiba-tiba tidak bisa masuk mengajar," katanya. Wah ini aku juga baru tahu. "Belum lagi kalau ada tes atau ujian. Anak udah belajar, tiba-tiba besoknya si guru gak masuk. Tes ditunda. Duh ini aneh banget. Kalau di Indonesia yang namanya anak ujian itu kan udah ada jadwalnya,"kata Sisca lagi.Dia juga cerita tentang tes bahasa Belanda. Bagaimana pemerintah Belanda memberikan subsidi untuk mereka (pendatang) yang tinggal di Belanda untuk mempelajari bahasa Belanda.Tanpa terasa waktu udah jam12 malam. Kita pun pulang dengan menggenjot sepeda. Udara di luar dingin dan gerimis.
Sore sekitar jam 5 sore, kita berangkat naik sepeda ke rumah Aminah padahal paha belum selesai pegelnya en kepala rada kliyengan bow! Sebelum genjot sepeda aku makan pisang dulu untuk nambah energi. Perjalanan ke rumah Aminah awalnya memang datar, tapi agak lama jalan mulai menanjak hehe ...genjotan yang tadinya semangat mulai melemah. Napas ngos-ngosan. ...hehe, kalau mau mengaso itu bukan cara yang bagus. Karena sepeda ini makin digenjot sebenernya makin ringan. Ah...akhirnya sampai juga di rumah Aminah,tamu-tamu udah mulai berdatangan. Ada yang datang naik mobil ada juga yang naik sepeda. Aku melongok di dapur, makanan banyak sekali. Bikin ngiler ada bami goreng, ayam panggang, nasi kuning, dan banyak lagi, tapi dari semua yang paling menggoda adalah sambal terasi yang kelihatan sangat menggiurkan. Pertama datang kita ditawarkan aneka tart atau cake lalu seperti biasa, kopi atau teh, wine atau bir. Kopi dan teh biasa disajikan dengan susu, tapi bisa juga tidak, sesuai selera aja. Jam makan malam biasanya dimulai jam 7 malam. Menurut ramalan cuaca memang hari itu akan hujan, tapi untungnya pas sampai situ hujan baru turun. Tamu yang tadinya duduk di teras belakang menghadap kebun, lalu pindah ke dalam. Suasana jadi rame dan meriah. Oh iya kebanyakan yang datang adalah teman-teman tuan rumah yang rata-rata beristrikan orang Indonesia sementara suami mereka orang Belanda atau Indo Belanda, tapi ada juga yang beristrikan orang Jepang. Dari situ aku mengenal banyak karakter orang. Ada yang suka bicara blak-blakan dengan topik yang vulgar, ada yang lebih lembut dengan pembicaraan yang lebih dalam. Semua orang itu akhirnya nanti akan terseleksi sendiri. Di dalam pertemuan itu aku mengenal sosok wanita Jepang bernama Keiko yang bersuamikan orang Belanda. Sebelum tinggal Belanda ia pernah tinggal di Inggris. Seperti layaknya wanita Jepang, Keiko sangat santun. Bicara dengannya sangat menyenangkan. Dia cerita, bahwa cuaca di Belanda ini membuatnya depresi. Karena 4 bulan cuaca enak, lalu yang 8 bulan cuaca gak bagus dan itu membuatnya depresi. Saat ini dia sudah tinggal di Belanda selama puluhan tahun. Dulu, katanya pertama kali ke Belanda...dia merasa senang. "karena saya kan masih muda, tapi sekarang 'mata' saya berubah. Saya merasa gak bahagia," katanya. "Dua kaki saya seperti berjalan tak seiring yang satu menapak di Belanda sedang yang satu lagi di Jepang. Lama-lama saya capek makanya suatu hari nanti saya mau pindah dari sini," katanya. Keiko berubuh kecil dengan rambut pendek. "Dulu rambut saya panjang dan suka dikelabang. Orang menyangka saya orang Indian dari Amerika Selatan. ....hehehe." katanya sambil tertawa. Kalau dilihat-lihat Keiko memang seperti orang Indian. Keiko mempelajari reiki untuk mengobati diri sendiri. Sejak dia belajar reiki katanya intuisinya jadi makin tajam.
Oh iya, di sini aku juga bertemu dengan orang Indonesia berdarah Ambon, namanya Paul, yang baru saja menikah dengan wanita asal Indonesia. Istrinya seorang dokter gigi. Paul sebelum menikah dengan Sisca, nama istri barunya, telah memiliki 2 orang anak dari istri pertamanya yang sudah meninggal. Sisca sangat peduli dengan masalah pendidikan. Di Belanda yang kata Sisca, disiplinnya kurang bagus. "Bayangin, anak berangkat sekolah lalu gak lama kemudian sudah pulang, karena gurunya tidak masuk. Jadi setiap hari kita harus buka email untuk menge-cek apakah hari itu ada pelajaran tau tidak. Karena guru bisa aja tiba-tiba tidak bisa masuk mengajar," katanya. Wah ini aku juga baru tahu. "Belum lagi kalau ada tes atau ujian. Anak udah belajar, tiba-tiba besoknya si guru gak masuk. Tes ditunda. Duh ini aneh banget. Kalau di Indonesia yang namanya anak ujian itu kan udah ada jadwalnya,"kata Sisca lagi.Dia juga cerita tentang tes bahasa Belanda. Bagaimana pemerintah Belanda memberikan subsidi untuk mereka (pendatang) yang tinggal di Belanda untuk mempelajari bahasa Belanda.Tanpa terasa waktu udah jam12 malam. Kita pun pulang dengan menggenjot sepeda. Udara di luar dingin dan gerimis.
Bertandang ke rumah Dewi
Kemaren nyoba bikin tumis cumi kering. Bumbunya cuma bawang merah, bawang putih, daun jeruk, tomat, jahe, cabe merah, cabe ijo. duh ternyata cuminya beda gak kayak di Indo. Cumi di sini dari Thailand agak keras. Jadi gak terlalu sukses, tapi lumayanlah untuk pengobat rindu. Hari itu Indah kedatangan 3 orang pasien yang satu pasien baru, seorang anak perempuan muda lulusan fakultas hukum, sementara dua pasien lainnya adalah pasien lama. Malamnya sekitar jam delapan Indah mengajak ke ulang tahun anak temannya di daerah Hilversum, namanya Dewi. Dewi orangnya ramah dan rame. Dia jago sekali bikin kue-kue, sementara suaminya jago bikin masakan Indonesia makanya sang suami kongsi sama adiknya buka warung Indonesia di daerah Apeldoorn, namanya Warung Surabaya. Menuju rumah Dewi yang berada di Ie Nieuwstraat 57, kami yaitu aku, Indah, dan Chiel menggenjot sepeda. Weleh awalnya capek tapi lama-lama biasa juga. Gak terasa sampai rumah Dewi, di sana dia menyediakan risoles bikinan sendiri yang ukurannya guede banget. Kita ngobrol sampai akhirnya jam setengah dua belas kita pulang. Walau tengah malam genjot sepeda, tapi alhamdulilah...cuaca seperti doaku: langit masih terang dan udara gak terlalu dingin terus orang-orang di jalan juga masih ramai. Banyak anak-anak muda yang pulang ke rumah dengan bersepeda. Di hutan pun masih banyak anak-anak. Jadi suasananya lebih enak. Gak sepi nyenyet seperti biasanya.
Masak dari google.
Hari ini tadinya aku mau beli kartu telepon, tapi kok hari mendung alias gak ada matahari dan hawa dingin. Padahal ini udah akhir bulan Mei loh. Konon katanya sih kalo hari-hari gini cuaca hangat. Ah dimana-mana gak di Indo gak di sini iklim udah gak bisa ditebak lagi, yang harusnya panas jadi hujan, yang harusnya bermatahari jadi dingin. Global warming!! Barusan aku mencoba bikin ayam rica. Resepnya nyontek dari google. yam di sini keliatannya sedikit tapi ternyata besaaarrr banget. Gak kayak ayam kampung yang imut-imut. Aku ambil ayam dari kulkas lalu ayam dipotong. Kemudian bawang merah dirajang, daun jeruk 5 lembar, daun pandan, ditumis. lalu 4 buah cabe merah, bawang putih dan jahe dihaluskan. Semuanya ditumis lalu masukkan ayamnya dan sereh bubuk (karena gak ada batang sereh) kemudian masukkan air segelas dan terakhir masukkan perasaan lemon (karena gak ada jeruk nipis) terakhir ungkep dan tunggu sampai semuanya agak sat baru diangkat. Duh...deg-degan takut gak enak. Aku heran itu ayam kok gede banget, padahal udah dipotong lumayan kecil, tapi tetep aja keliatan gede. Aku jadi inget makan sate ayam di Amersfoort, sate ayamnya buseet besar sekali. Biasa makan sate ayam di Jakarta, dagingnya kecil-kecil dan gurih di sana guede-guede. Rasanya emang jadi beda lebih lezat sate aslinya maksudnya sate seperti yang ada di Sabang. hehehe. Siang ini datang tamu seorang wanita dari Belgium. Orangnya badannya gede seperti raksasa, tapi ramah. Indah menyiapkan pisang goreng dan klepon. Si wanita itu bertanya ke Indah apakah aku sudah selesai sekolah?? hahaha....dikiranya aku masih sekolah. Lumayan tampang irit hehehehe
Roh gentayangan yang minta diantar pulang
Oh iya beberapa waktu yang lalu ada teman-teman datang ke Belanda dengan tour. Lalu kami ketemuan di Keukenhof, Zutphen, Zwolle, dan Hilversum sepulang dari ke 4 tempat itu, kami mengantarkan teman-teman itu ke hotel di Amstelveen. Aku juga ingin bertemu Eviati dan suaminya yang kebetulan menginap di hotel itu. Gak tau kenapa, tiba-tiba si tour leader kehilangan list kamar. Akhirnya aku bolak-balik mengikuti tour leader mencari kamar Evi, saat itu dalam hati aku gak enak, kasian Indah dan suaminya harus menunggu malam itu udah hampir jam 12. Akhirnya aku bisa juga ketemu Evi, ternyata ia menginap di kamar 104 (kalo gak salah). Setelah sebentar bertemu lalu kami pulang ke rumah. Keesokan harinya, Indah bilang ia semalem melihat roh seorang wanita seperti orang Korea di hotel Grand Amstelveen. Orangnya bertubuh kecil. Dia ngikutin Indah sepertinya ada yang ingin disampaikan. Menurut Indah si cewekKorea itu suka mondar-mandir deket tangga tempat aku dan tour leader mondar-mandir.
Waduh saat itu aku serem juga dengernya. Saat membicarakan hal itu kami berada di meja makan deket kamar prakteknya Indah. Dan tanpa terasa waktu terus merayap gelap kita masih membicarakan roh gentayangan itu. Aku sudah gak konsentrasi. Setiap kali aku melihat mata Indah juga udah gak konsentrasi. Tiba-tiba aku sesekali seperti melihat bayang berkelebatan. Aku makin takut waktu Indah bilang memang dia (roh itu) ada di sini. Brrrrr......
Pas hari udah mulai gelap, Indah pun ingin berkomunikasi dengan si roh cewek itu. Aku disuruh liat dan mengamati,tapi aku gak mau. Aku belum berani. Lalu Indah pun duduk sendiri di meja makan. Aku melihat telunjuk tangan kanannya menunjuk ke atas lalu dia mengeluarkan suara yang gak jelas. Nampaknya si roh cewek itu menggunakan bhsnya sendiri. Sesekali aku mengintip dari balik pintu, tapi aku masih gak berani duduk di sebelahnya. Setelah agak lama, kemudian Indah bicara sama suaminya bahwa si cewek itu berada di tangga di hotel Grand Amstelveen. Waktu mobilnya Indah masuk ke tempat parkir itu, si roh cewek itu melihatnya seperti ambulans. Lalu si roh cewek itu menggambarkan grafik yang ada di mesin di rumah sakit. Saat mobil masuk ke parkiran itu, Indah merasakan kontak dengan cewek itu. Sepertinya roh cewek itu kehilangan teman-teman satu rombongan tour. Dan si roh cewek itu kayaknya sakit lalu meninggal. Kata Indah bahasa yang digunakan roh perempuan muda itu bukan bahasa Jepang, tapi sepertinya Korea.
Begitulah Indah suka cepet banget kontak dengan roh-roh yang belum bisa naik ke atas. Mereka seperti tersesat tak tahu jalan pulang. Kadang kalau lagi jalan-jalan di centrum pun...tiba-tiba Indah harus berjalan minggir-minggir. Dia merasakan, orang di depannya kayaknya sedang sakit. Waduh berabe juga kalo terlalu sensitif, karena akan mudah menyedot energi. Kalau gak kuat bisa ambruk sendiri.
Waduh saat itu aku serem juga dengernya. Saat membicarakan hal itu kami berada di meja makan deket kamar prakteknya Indah. Dan tanpa terasa waktu terus merayap gelap kita masih membicarakan roh gentayangan itu. Aku sudah gak konsentrasi. Setiap kali aku melihat mata Indah juga udah gak konsentrasi. Tiba-tiba aku sesekali seperti melihat bayang berkelebatan. Aku makin takut waktu Indah bilang memang dia (roh itu) ada di sini. Brrrrr......
Pas hari udah mulai gelap, Indah pun ingin berkomunikasi dengan si roh cewek itu. Aku disuruh liat dan mengamati,tapi aku gak mau. Aku belum berani. Lalu Indah pun duduk sendiri di meja makan. Aku melihat telunjuk tangan kanannya menunjuk ke atas lalu dia mengeluarkan suara yang gak jelas. Nampaknya si roh cewek itu menggunakan bhsnya sendiri. Sesekali aku mengintip dari balik pintu, tapi aku masih gak berani duduk di sebelahnya. Setelah agak lama, kemudian Indah bicara sama suaminya bahwa si cewek itu berada di tangga di hotel Grand Amstelveen. Waktu mobilnya Indah masuk ke tempat parkir itu, si roh cewek itu melihatnya seperti ambulans. Lalu si roh cewek itu menggambarkan grafik yang ada di mesin di rumah sakit. Saat mobil masuk ke parkiran itu, Indah merasakan kontak dengan cewek itu. Sepertinya roh cewek itu kehilangan teman-teman satu rombongan tour. Dan si roh cewek itu kayaknya sakit lalu meninggal. Kata Indah bahasa yang digunakan roh perempuan muda itu bukan bahasa Jepang, tapi sepertinya Korea.
Begitulah Indah suka cepet banget kontak dengan roh-roh yang belum bisa naik ke atas. Mereka seperti tersesat tak tahu jalan pulang. Kadang kalau lagi jalan-jalan di centrum pun...tiba-tiba Indah harus berjalan minggir-minggir. Dia merasakan, orang di depannya kayaknya sedang sakit. Waduh berabe juga kalo terlalu sensitif, karena akan mudah menyedot energi. Kalau gak kuat bisa ambruk sendiri.
Pecinta binatang
Indah senang sekali dengan binatang. Kisah yang mengantar dia menikah dengan suaminya yang sekarang ini bermula dari seekor binatang yaitu seekor anjing. Jadi dulu, dia dan suaminya yang pertama dan Chiel ini pergi ke Spanyol. Di sana mereka mendaki sebuah bukit. Di atas bukit itu mereka melihat seekor anjing yang berkeliaran sendirian. Indah merasa kasian lalu anjing itu dibawanya ke Belanda lalu anjing itu dia pelihara. Saat itu hubungan Indah dengan suaminya yang pertama memang sedang memburuk bahkan akhirnya mereka bercerai. Anjing dari bukit Spanyol ini menjadi temannya. Chiel pun sering datang ke rumah Indah untuk menengok si anjing yang diberi nama Lili ini. Lama-lama mereka pun dekat dan akhirnya memutuskan untuk hidup bersama sampai sekarang.
Indah juga pernah dikasih temannya seekor ayam jago, sepasang bebek, dan burung dara. Jadi di rumahnya ramai oleh binatang-binatang peliharaannya termasuk anjing dan seekor kucing. Bahkan kalau ke kantor, ia suka membawa si burung dara. Burung itu dibiarkan lepas di ruang kerjanya. Awalnya teman-temannya melihatnya aneh ke kantor membawa burung, seperti nenek sihir, tapi lama kelamaan mereka terbiasa. Kata Indah, bebek itu sangat perasa. Waktu bebeknya yang satu mati, bebek yang satunya pun seakan gak mau hidup lagi. Lalu bebek itu pun dihibur dengan membuat ember yang diisi air lalu diajak main setiap hari. Lama-lama bebek itu kembali semangat lagi. Kadang kalau Indah ada tamu, Chiel yang giliran mengajak main bebek itu. "hehe kasian lakiku dikerjain ama bebek," kata Indah geli. Kata Indah ayam jago itu bagus buat jaga rumah, karena lebih awas dari pada anjing. Nah ini aku baru tau. Sayangnya di Belanda kalo tetangganya deketan gak bisa pelihara ayam, karena kokoknya terlalu kencang bisa mengganggu tetangga. Kalau tetangganya gak berkenan bisa dipanggil polisi loh... Wow...ati-ati dong
Indah juga pernah dikasih temannya seekor ayam jago, sepasang bebek, dan burung dara. Jadi di rumahnya ramai oleh binatang-binatang peliharaannya termasuk anjing dan seekor kucing. Bahkan kalau ke kantor, ia suka membawa si burung dara. Burung itu dibiarkan lepas di ruang kerjanya. Awalnya teman-temannya melihatnya aneh ke kantor membawa burung, seperti nenek sihir, tapi lama kelamaan mereka terbiasa. Kata Indah, bebek itu sangat perasa. Waktu bebeknya yang satu mati, bebek yang satunya pun seakan gak mau hidup lagi. Lalu bebek itu pun dihibur dengan membuat ember yang diisi air lalu diajak main setiap hari. Lama-lama bebek itu kembali semangat lagi. Kadang kalau Indah ada tamu, Chiel yang giliran mengajak main bebek itu. "hehe kasian lakiku dikerjain ama bebek," kata Indah geli. Kata Indah ayam jago itu bagus buat jaga rumah, karena lebih awas dari pada anjing. Nah ini aku baru tau. Sayangnya di Belanda kalo tetangganya deketan gak bisa pelihara ayam, karena kokoknya terlalu kencang bisa mengganggu tetangga. Kalau tetangganya gak berkenan bisa dipanggil polisi loh... Wow...ati-ati dong
Kesejahteraan yang terjamin
Yang aku pelajari lagi di sini, dalam rumah bersih walau pun gak ada pembantu. Justru gak ada pembantu jadi setiap melakukan pekerjaan langsung dibersihkan seperti habis mandi...closet langsung dibersihkan, begitu juga wastafel, dan lantai kamar mandi. Dapur juga begitu habis masak, semua perangkat di cuci...meja dibersihkan. Sampah dibagi dua ada yang buat sayuran dan non sayuran. Tiap dua hari sekali lantai rumah dibersihkan dengan alat penghisap debu yang dilakukan suaminya Indah dan Indah yang mengepel. Rumahnya besar, tapi ya kelakon aja. Semua dikerjakan dengan santai walau relatif sepi dan di sini aku tidak terlalu banyak mengerjakan pekerjaan, tapi sering terasa waktu cepat berjalan. Tiba-tiba hari sudah sore lalu malam. Di Belanda ini, kata Indah, kita harus selalu mengerjakan sesuatu. Jangan nganggur aja dan kita di sini jangan suka mengkasiani diri sendiri, karena jadi gak maju dan pengennya jadi pulang ke Indonesia aja. Hampir sebagian orang Indonesia yang walaupun udah lama tinggal di Belanda, ingin waktu tuanya nanti balik ke Indonesia. "Kalau kita tua itu pasti udah susah. Aku pikir tinggal di mana pun di Indonesia atau di Belanda sama aja," kata Indah dengan yakinnya melihat banyak temannya yang berencana pulang ke kampung halaman ketika tua nanti. "Malah di Belanda kesejahteraan buat orang tua itu bagus sekali ada tunjangan seperti listrik, air, segala macem mendapat keringanan. Kalau sudah agak susah berjalan dikasi gratis scoot mobil, fasilitas rumah sakit juga bagus dan standarnya sama." tandasnya.
Ngomong-ngomong soal pelayanan rumah sakit, beberapa hari yang lalu aku ngobrol sama Agnes (temennya Indah yang bekerja di rumah sakit) kata Agnes, " layanan rumah sakit Belanda semua sama. mau orang kaya mau tidak terlalu kaya semua sama rata. Dulu memang pernah tidak begitu, tapi kemudian peraturan itu dihapuskan. Untuk orang sakit semua sama. Gak ada pembedaan dan itu berlaku di rumah sakit manapun di seluruh Belanda. " Wuih...beginilah negara makmur. Kapan di Indonesia layanan rumah sakit bisa begitu??
Indah juga menuturkan pengalamannya beberapa waktu yang lalu saat suaminya tersengat lebah, badannya bengkak dan pingsan. Indah langsung telepon ke rumah sakit...gak ada lima menit ambulans langsung datang dan suaminya dibawa ke rumah sakit lalu langsung dilakukan tindakan. "Aku salut banget dengan layanan rumah sakit di sini cepat sekali. Baru telepon gak ada 5 menit ambulans udah muncul di depan pintu," kata Indah. Sekali lagi, kapan yang kayak gini juga berlaku di Indonesia????Aku juga sering lihat rumah-rumah untuk orang jompo, yang bagus dan cantik. Orang-orang tua itu merasa nyaman tinggal di sana. tempatnya bagus dan bersih. Fasilitasnya juga lengkap. Mereka pun bisa menikmati hari tua dengan nyaman tanpa harus merasa tersingkirkan dan teralienasi.
Sabtu, 14 Mei 2011
Keluarga yang kompak
Musim semi yang tak selalu menjanjikan matahari
Nyetir mobil sampai Skandinavia
Malam itu Indah juga bercerita setahun yang lalu, dia dan seorang temannya, bernama Ida (usianya tidak muda lagi, 60 tahun lebih) pergi ke negara Skandinavia yaitu Swedia, Finland, dan Norway dengan mengendarai mobil. Indah yang menyupir sendiri. Sementara temannya yang menjadi navigatornya. Bayangkan perjalanan ke sana memakan waktu 4 hari. Jalanan sepi hanya ada raindeer di jalan. Aku bisa membayangkan bagaimana sepi dan jauhnya perjalanan menuju negara Skandinavia itu. Setiap kali istirahat mereka tidur di mobil atau tenda, kecuali jika hujan mereka menyewa rumah buat para traveler yang harganya semalam sekitar 30 euro. Temannya yang tadinya tidak bisa membaca peta, tidak bisa melakukan pembukuan, tapi dalam waktu singkat sudah bisa membaca peta dan bahkan menjadi navigatornya. Wah hebat juga, dalam hatiku."Tiap di persinggahan untuk istirahat kita masak sendiri, kita bawa kompor nanti masak mie instan, bikin kopi, goreng ubi. Wah seru deh," kata Indah menceritakan pengalamannya. Perjalanan jauh dengan teman tentu tidak selalu mulus. "waktu kita mau lihat ikan paus di laut lepas di Norway, kita kan harus naik kapal. Kapalnya gak gede sih. Waktu itu pas ada badai sehingga kapal goyang begitu keras banyak penumpang kapal yang mabok dan muntah. termasuk Ida dan Indah. Wah Ida sempet marah tuh ama aku," kata Indah. "Wah kalo tau gini gw gak mau lihat ikan paus," kata Ida sambil marah. "Waduh siapa yang nyangka kalau pas di kapal akan datang badai" , kata Indah. Tapi perjalanan jauh itu memang akhirnya banyak memberikan pembelajaran. Aku pun diperlihatkan foto-foto petualangan mereka ke negara Skandinavia. Duh...jauuuuuh dan sepi sekali, bisa gak yaa aku ke sana? Sanggup gak ya???
Serba-serbi hari
Indah juga cerita tentang tetangganya yang suka bikin onar. Rumah tetangga sebelahnya sangat besar dan suka disewa untuk pesta dengan musik. Kalau di sini gak bisa sembarangan mengadakan pesta dengan keramaian. Harus ada ijin dulu. Kalau tidak ijin bisa dilaporkan ke polisi. Hari ini mendung dan dingin. Sepi. Kemaren mencoba bikin lumpia. Ada bahan rebung yang dari kaleng, ayam, udang yang dibekukan, dan kulit lumpia. Bumbunya cuma lada, bawang putih, udang dan kecap manis juga sedikit maggy. Wah lumayan bisa dapet 40 biji. Baru digoreng 6 biji sisanya dimasukkan freezer. Lebih enak lumpia kalau disajikan dengan sambal bangkok. Hm yummy kayak di restoran rasanya.Karena hari ini hawa agak dingin, kita tidak bepergian kemana-mana alias di rumah saja. Indah bikin bakso dengan bihun. Bakso yang rada mirip soto mie. Pakai potongan kol, tomat, cuka dan sambal botol juga bikin kacang ijo. Hm.. segar juga dimakan di hawa yang masih dingin dan agak mendung. Temperatur di luar mungkin hanya 12 derajat.
Ngobrol dengan Indah
Mertuanya indah yang sudah berusia 101 tahun pun, masih suka mengganti bunga di kebunnya setiap musim semi. Di sini aku sering melihat orang-orang tua yang hidup di rumah jompo masih suka berjalan kaki membeli bunga, perg ke supermarket, atau sekedar menghirup hangatnya sinar mentari. Mereka masih aktif. Malah di Monschau aku melihat nenek-nenek naik moge. Waduh hebat semangatnya masih menyala-nyala. Mereka masih aktif bahkan sangat menikmati hidupnya.Jika matahari bersinar terang, Indah bilang dia gak mau berada di dalam rumah. "Sayang kan. Aku lebih suka berkebun atau sekedar minum kopi di backyard," katanya. "Kalau kena sinar matahari kulit jadi gak pucat, badan juga jadi kuat" tambahnya lagi
Begitulah saat matahari bersinar dan temperatur 22 atau 23 derajat celsius, kita biasa duduk atau makan di backyard. Biasanya kita ngobrol ngalor ngidul. Tentang hidup tentang spiritual tentang tanaman, ah banyak sekali. Tapi salah satu yang menarik, saat dia cerita tentang bagaimana nanti kalau dia mati. "Aku masih gak kepikir loh nanti kalau mati mau dikubur atau dikremasi. Kalau dikremasi nanti abunya dikemanain ya??," katanya geli. "Aku juga suka berkhayal kalau nanti mati nanti mau diiringi musik yang ini. eh tapi kalau denger lagu enak yang lain, jadi berubah lagi. hehe," ujarnya lagi. "Pernah suatu hari aku bilang ke Riana dan Chiel, nanti kalau mama mati dan kalau mau dateng ke rumah pake tanda ya biar kalian tahu. Tandanya lampu kedip-kedip," kata indah sambil ketawa. "Eh Riana langsung jawab, Nee Mama!. Terus si Chiel bilang, kalau dateng jangan sering-sering," kata Indah geli. "Kok didatengin malah gak mau yaa. hehe," kata Indah menahan tawa. Indah juga bilang, di sini banyak orang yang mendonasikan tubuhnya setelah mati untuk orang-orang yang membutuhkan agar orang yang membutuhkan itu bisa melanjutkan hidupnya. Tapi kata indah, dia gak mau atau belum mau seperti itu. Karena dia gak rela kalau bagian dari tubuhnya nanti akan didonasi kepada orang yang salah.
Cuaca masih suka gak konsisten. Kemaren hawa hangat matahari bersinar. Sekarang hawa jadi dingin. Biasanya pagi-pagi udah mandi tapi hari ini malas sekali. Bangun juga tadi kesiangan. Biasanya jam 7 pagi udah turun. Tadi pagi jam sembilan pagi baru turun. Gak enak sama tuan rumah yang udah mulai beraktifitas... hehehe. Indah udah mulai melakukan pekerjaan kantornya yang dikerjakan di rumah. Chiel mulai berkebun. Turun ke bawah aku sarapan pop mie. Tapi hanya separoh. Terus aku memanaskan nasi yang kuambil dari kulkas dan tempe santan cabe ijo pete, dan oseng kacang panjang di microwave. Dan seperti biasa, teh green tea.Tadi Indah cerita, makelaar rumahnya datang. Harga tanah di Hilversum makin hari makin naik. Kalo tadinya setahun 15.000 euro. Sekarang mau naik jadi 18 atau 20.000 euro setahunnya. Bussettt mahal banget. Berapa tuh kalo di kurs ke rupiah?? Suatu saat nanti memang rumah ini akan dijual. Sebelum dijual rumah akan dibagusin dulu, biar harganya bisa naik dan juga bagus. Untuk itu Indah dan suaminya, menambah lagi kamar mandi di ruang kerja dan dapur yang semuanya dikerjakan sendiri. Bayangin memasang tegel sendiri, memasang kloset, memasang wastafel, kran sendiri. Aduuh hebatnya. Jadinya rapih sekali seperti buatan tukang profesional. Salut deh.
Selasa, 10 Mei 2011
Maastricht
Sepanjang jalan menuju Maastricht, aku melihat rumah-rumah bak di negeri dongeng cantik dan rapi dengan pemandangan lembah hijau yang menawan. Memasuki kota Maastricht... aku merasa kota ini hampir mirip dengan Amsterdam. Tapi di sini lebih bersih. Kota Maastricht dilewati oleh sungai Maas. Dari pinggir sungai Maas ini kita duduk menikmati bitterbalen, potongan keju, kroket. Udara hangat saat tenggorokan diguyur crystal clear dan jeruk nipis....hm segar. Dari sini kita bisa melihat kapal-kapal yang berlayar di sungai, kapal resto yang ada di pinggir sungai....burung-burung yang berterbangan, bebek-bebek yang berjalan di pinggir sungai.... pasangan tua muda berjalan atau hanya sekedar duduk bercengkrama di pinggir sungai sambil menikmati hangat sinar matahari (padahal sudah jam 7 malam) tapi karena musim semi jadi terangnya lebih lama. Di Maastricht ini kita melewati pertokoan dan gang-gang di tengah kota. Karena hari minggu toko-toko semua tutup, tapi restoran buka. Di gang-gang dalam pertokoan banyak sekali cafe atau resto yang dipadati pengunjung. Apalagi kedai ice cream waduh banyak sekali yang mengantre. Dari Maastricht kita pulang ke rumah
Langganan:
Postingan (Atom)