Hari ini tadinya mau ke Zutphen, tapi gak jadi. Karena Indah capek. Akhirnya kita di rumah aja. Aku bantuin setrika pakaian yang tidak terlalu banyak, sambil menghangatkan badan. Indah mengepel, bersihin kamar anaknya, ngelap kaca, bersihin pintu-pintu. Waduh aku jadi gak enak nih. Nanti siangan mau ada rencana belanja di Kerkelanden dan melihat pasar malam kecil di daerah Hilversum terus sorenya ke ulang tahun temennya Indah, namanya Aminah. Akhirnya kita gak jadi belanja di Kerkelanden, tapi di Centrum. Belanja naik sepeda jalan menanjak menuju centrum membuat napasku tersengal-sengal. Karena masih saja belum terbiasa hehehehe. Di Hilversum sempet melihat bazaar ( bazaar on the street). Ada yang jualan baju, makanan, sepatu, hiburan, sampai mainan anak-anak seperti merry go around dan tornado tapi versi ringannya. Bazaar di gelar di sepanjang jalan deket centrum. Sehabis dari situ aku dan Indah belanja di Albert Heijn (Hero-nya Belanda), yang ada di mana-mana di negeri Belanda. Pulang dari belanja....weleh kok cape banget yak.
Sore sekitar jam 5 sore, kita berangkat naik sepeda ke rumah Aminah padahal paha belum selesai pegelnya en kepala rada kliyengan bow! Sebelum genjot sepeda aku makan pisang dulu untuk nambah energi. Perjalanan ke rumah Aminah awalnya memang datar, tapi agak lama jalan mulai menanjak hehe ...genjotan yang tadinya semangat mulai melemah. Napas ngos-ngosan. ...hehe, kalau mau mengaso itu bukan cara yang bagus. Karena sepeda ini makin digenjot sebenernya makin ringan. Ah...akhirnya sampai juga di rumah Aminah,tamu-tamu udah mulai berdatangan. Ada yang datang naik mobil ada juga yang naik sepeda. Aku melongok di dapur, makanan banyak sekali. Bikin ngiler ada bami goreng, ayam panggang, nasi kuning, dan banyak lagi, tapi dari semua yang paling menggoda adalah sambal terasi yang kelihatan sangat menggiurkan. Pertama datang kita ditawarkan aneka tart atau cake lalu seperti biasa, kopi atau teh, wine atau bir. Kopi dan teh biasa disajikan dengan susu, tapi bisa juga tidak, sesuai selera aja. Jam makan malam biasanya dimulai jam 7 malam. Menurut ramalan cuaca memang hari itu akan hujan, tapi untungnya pas sampai situ hujan baru turun. Tamu yang tadinya duduk di teras belakang menghadap kebun, lalu pindah ke dalam. Suasana jadi rame dan meriah. Oh iya kebanyakan yang datang adalah teman-teman tuan rumah yang rata-rata beristrikan orang Indonesia sementara suami mereka orang Belanda atau Indo Belanda, tapi ada juga yang beristrikan orang Jepang. Dari situ aku mengenal banyak karakter orang. Ada yang suka bicara blak-blakan dengan topik yang vulgar, ada yang lebih lembut dengan pembicaraan yang lebih dalam. Semua orang itu akhirnya nanti akan terseleksi sendiri. Di dalam pertemuan itu aku mengenal sosok wanita Jepang bernama Keiko yang bersuamikan orang Belanda. Sebelum tinggal Belanda ia pernah tinggal di Inggris. Seperti layaknya wanita Jepang, Keiko sangat santun. Bicara dengannya sangat menyenangkan. Dia cerita, bahwa cuaca di Belanda ini membuatnya depresi. Karena 4 bulan cuaca enak, lalu yang 8 bulan cuaca gak bagus dan itu membuatnya depresi. Saat ini dia sudah tinggal di Belanda selama puluhan tahun. Dulu, katanya pertama kali ke Belanda...dia merasa senang. "karena saya kan masih muda, tapi sekarang 'mata' saya berubah. Saya merasa gak bahagia," katanya. "Dua kaki saya seperti berjalan tak seiring yang satu menapak di Belanda sedang yang satu lagi di Jepang. Lama-lama saya capek makanya suatu hari nanti saya mau pindah dari sini," katanya. Keiko berubuh kecil dengan rambut pendek. "Dulu rambut saya panjang dan suka dikelabang. Orang menyangka saya orang Indian dari Amerika Selatan. ....hehehe." katanya sambil tertawa. Kalau dilihat-lihat Keiko memang seperti orang Indian. Keiko mempelajari reiki untuk mengobati diri sendiri. Sejak dia belajar reiki katanya intuisinya jadi makin tajam.
Oh iya, di sini aku juga bertemu dengan orang Indonesia berdarah Ambon, namanya Paul, yang baru saja menikah dengan wanita asal Indonesia. Istrinya seorang dokter gigi. Paul sebelum menikah dengan Sisca, nama istri barunya, telah memiliki 2 orang anak dari istri pertamanya yang sudah meninggal. Sisca sangat peduli dengan masalah pendidikan. Di Belanda yang kata Sisca, disiplinnya kurang bagus. "Bayangin, anak berangkat sekolah lalu gak lama kemudian sudah pulang, karena gurunya tidak masuk. Jadi setiap hari kita harus buka email untuk menge-cek apakah hari itu ada pelajaran tau tidak. Karena guru bisa aja tiba-tiba tidak bisa masuk mengajar," katanya. Wah ini aku juga baru tahu. "Belum lagi kalau ada tes atau ujian. Anak udah belajar, tiba-tiba besoknya si guru gak masuk. Tes ditunda. Duh ini aneh banget. Kalau di Indonesia yang namanya anak ujian itu kan udah ada jadwalnya,"kata Sisca lagi.Dia juga cerita tentang tes bahasa Belanda. Bagaimana pemerintah Belanda memberikan subsidi untuk mereka (pendatang) yang tinggal di Belanda untuk mempelajari bahasa Belanda.Tanpa terasa waktu udah jam12 malam. Kita pun pulang dengan menggenjot sepeda. Udara di luar dingin dan gerimis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar