Senin, 16 Mei 2011

Berkunjung ke Amersfoort



Tak lama setelah itu, hari itu aku gak mandi, kita pergi ke Amersfoort. Di sana kita akan bertemu dengan Eci, perempuan asal Maluku yang menikah dengan pria Belanda. Eci orangnya ramah. Rambutnya panjang keriting. Suasana rumahnya terasa hangat. Halaman belakang yang biasa bagi orang Belanda dijadikan kebun dibuat suasana seperti cafe di Bali dengan sofa dari rotan dan bantalan yang empuk. Pot-pot bunga dan lilin. Eci mengundang kita dan dia menyajikan barbeque.  Dia membuat salad sayur dan salad kentang. Tak lama kemudia datang lagi temennya Eci bernama Dewi dan 3 orang anaknya. Dewi membawa daging babi yang sudah dibumbui. Jadilah 3 macam daging untuk barbeque: ayam, kambing dan babi. Suasana jadi meriah, karena tak lama kemudian datang lagi temen mereka yaitu Herna yang juga menikah dengan pria Belanda. Suami Eci yang seharusnya masih ada kerjaan di luar, lalu datang untuk membantu membakar daging. Dia juga yang sibuk cuci piring setelah makanan selesai. Suami Eci yang bertubuh tinggi ini orang Belanda yang amat suka dengan lagu-lagu Indonesia. Koleksi cd-nya kebanyakan lagu-lagu  Indonesia, mulai dari Sheila Majid, Marcell, Utha Likumahua...wah banyak sekali. Katanya Eci, dulu waktu musim kaset, kalo pulang dari Indonesia dia bisa membeli kaset sebanyak 70 biji untungnya di imigrasi gak diperiksa. Eci punya seorang anak laki-laki yang wajahnya lebih dominan ke ibunya. Kulitnya pun gelap dengan rambut kribo seperti Michael  Jackson. Rumah-rumah di Belanda sungguh menarik bagiku. Setiap daerah beda-beda. Walau pun kecil-kecil tapi bentuknya cantik dengan pembagian ruangan yang sangat efisien.



Sehabis makan, aku diajak jalan melihat centrumnya Amersfoort. Karena hari sudah menjelang malam jadi toko-toko sudah tutup, tapi cafe dan resto masih banyak yang buka. Di Amersfoort ini  juga ada benteng yang dulunya mungkin untuk membentengi kota itu. Di dalam benteng itu banyak kita temui bangunan rumah yang sudah berusia ratusan tahun  dan masih terawat dengan baik. Ada yang masih dihuni tapi ada juga yang sudah dijadikan toko atau cafe. Di centrum ini juga  ada gereja dengan menaranya yang tinggi yang konon merupakan tengah-tengah dari kota Nederland. Di alun-alun centrum ini banyak orang yang menikmati makanan dan minuman di teras cafe atau restoran. Walau hari terus beranjak gelap kami terus berjalan menyusuri jalan dan gang yang rasanya sulit untuk diucapkan, begitu indah dan menarik



Tidak ada komentar:

Posting Komentar